Kamis, 31 Juli 2025

Hina dalam Cinta

 

Sumber : Pixabay.com




Engkau bagaikan nirmala
Sedang aku hanyalah abu di sudut tak bernama.

Aku mencintaimu diam-diam,
seperti bayang di balik tirai malam.

Tak pantas rasanya aku memimpikanmu jadi dayita,
sebab langkahku tak lagi suci dan penuh luka.

Tuan, bolehkah sekali saja
kutatap manik matamu yang tenang?

Agar kau tahu di benakku telah kusinggahi asmaraloka,
tempat namamu kusebut dalam doa paling rahasia.

Aku ikhlas,
walau cintaku lebam dan membiru.

Ampunilah aku, yang lancang mencintaimu

Cinta ini bak perjudian yang bertaruh dengan ketidakmungkinan

 

Penulis : Iga Oktaviona

Editor : Okti 


Jumat, 25 Juli 2025

Jejak yang Tak Sempat Kulihat

 

 

Sumber : Pixabay. com 

Di halaman masa kecilku,

ada bayang samar

yang tak pernah kutemui

tapi selalu kurindui.

 

Katanya,

ia pernah menatapku penuh cahaya,

lalu pergi

sebelum aku sempat berjalan ke arahnya.

 

Tak ada wajah yang utuh dalam ingatan,

hanya cerita

dan rasa yang tumbuh dalam diam.

 

Aku belajar kuat

dari kehilangan yang tak kupahami,

membawa ruang kosong itu

dengan kepala tegak.

 

Sebab cinta yang hilang

bukan berarti tiada

ia menjelma menjadi  cahaya

yang diam-diam menuntunku dari kejauhan.


Penulis : Nasywa Zaidatun Nadya

Editor : Okti 

Jumat, 18 Juli 2025

Arunika


Pixabay. com 


Arunika,

pelita cahaya pertama,

menjelma rindu yng lama tertahan,

menyimpan gelap dalam dekap malam,

menggenggam harap dalam sunyi yang diam.

 

Kau hadir,

lebut tanpa suara,

cukup menggugah jiwa yang lama hampa.

Langit jingga menyulam pagi,

dengan nada hangat penuh harmoni.

 

Arunika,

engkau adalah janji

bahwa setelah gelap,

terbitlah terang dengan berani.

Bahwa luka semalam

tak akan tinggal selamanya.

 

Andai aku malam yang beku,

engkau adalah fajar yang setia menunggu.

Dalam kedatanganmu yang sederhana,

kutemukan alasan untuk tetap percaya.

 

Penulis : Muhammad Alif Syarifudin


Kamis, 03 Juli 2025

Harapan di Balik Peluh

 


Sumber:  Pixabay. com 


Ingatkah kau?

Ayahmu memeras keringat pagi hingga malam

Ibumu rela menahan lapar demi beras cukup  sebulan

Keluhnya tak pernah terdengar

Asal anaknya bisa menduduki bangku kuliah

 

Alas kaki mereka lusuh,

Pakaiannya juga sama lusuhnya

Tapi mereka tetap tersenyum bahagia

ketika anaknya berkata: "Aku sudah jadi mahasiswa"

 

Namun waktu semakin bergulir pilu

Jadwal kuliah banyak terlewat

Buku-buku kian berdebu tak dieja

Dan prestasi tenggelam oleh rasa malasmu

 

Di kampung halaman ayahmu termenung diam

Di ladang ibumu menatap langit yang mulai senja

Mengetahui dirimu,

Mereka bertanya dalam doa:

"Masihkah anakku layak diperjuangkan?"

 

Mereka tak meminta balasan,

Yang diinginkan dirimu jadi harapan

Bukan beban dari impian mereka yang tertahan

Sejak muda mereka dikubur

dalam pengorbanan

 

Bangun dan ingatlah!

Kuliah bukan hanya sekadar hadir di kelas

Tapi menghargai siapa yang membiayaimu

Boleh lelah, tapi ada yang lebih lelah darimu

Semangat dan jangan kau redupkan harapan orang tuamu

 

Penulis : Syahrul Ariadi

Editor : Dwi Endang

Kita yang Tertinggal di Baris Ketiga

Sumber : Pixabay. com  Tak ada yang kebetulan bahkan daun jatuh pun sudah ditakdirkan. Seperti pertemuan dan perpisahan. Pernah sedeka...