Pixabay. com |
Arunika,
pelita cahaya pertama,
menjelma rindu yng lama tertahan,
menyimpan gelap dalam dekap malam,
menggenggam harap dalam sunyi yang diam.
Kau hadir,
lebut tanpa suara,
cukup menggugah jiwa yang lama hampa.
Langit jingga menyulam pagi,
dengan nada hangat penuh harmoni.
Arunika,
engkau adalah janji
bahwa setelah gelap,
terbitlah terang dengan berani.
Bahwa luka semalam
tak akan tinggal selamanya.
Andai aku malam yang beku,
engkau adalah fajar yang setia menunggu.
Dalam kedatanganmu yang sederhana,
kutemukan alasan untuk tetap percaya.
Penulis : Muhammad Alif Syarifudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar