![]() |
Sumber : Pixabay.com |
Matahari bangkit, tapi cahayanya terpenjara,
Terang redup, tercekik oleh kabut dusta,
Bayang-bayang merajalela, laksana tiran,
Menghisap ladang, menggerogoti tenaga keringat manusia.
Tanah subur, tapi milik siapa?
Petani membajak, tapi lumbungnya kosong,
Keringat mereka mengalir ke kota,
Menjadi sungai yang mengairi pundi-pundi asing,
Sementara perut mereka sendiri merintih,
Dililit oleh rantai yang tak terlihat.
Sekolah menjulang, atapnya megah,
Tapi ilmu dibelenggu, dibungkus dalam kotak mati,
Buku dibaca, tapi makna dibunuh,
Huruf-huruf berbaris, tapi tak pernah jadi senjata,
Hanya jadi hiasan di dinding-dinding kehampaan.
Pemimpin bicara, kata-katanya bersayap,
Janji-janji melayang, tapi tak pernah mendarat,
Rakyat bersorak, entah karena percaya,
Atau sekadar takut untuk bersuara,
Terpenjara dalam kebisuan yang dipaksakan.
Dan aku terjaga dalam sunyi yang gaduh,
Mimpi ini nyata, tapi semua berpura-pura,
Negeri ini terlelap dalam sandiwara,
Tak tahu kapan akan terbangun,
Ataukah akan terus terbuai dalam mimpi buruk yang tak berujung.
Penulis : Sofyan Hadi
Editor : Okti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar