Aku dilahirkan bukan sekadar
untuk hidup,
Tapi untuk memikul harapan
Yang terlalu berat bagi pundak
seorang anak.
Di mataku, kulihat ibu menahan
tangis,
Di telingaku, kudengar ayah
terengah jauh di rantau,
Dan di dadaku, kurasakan retakan
Yang harus kututup dengan senyum
pura-pura.
Aku belajar menukar mimpi dengan
kenyataan,
Menyembunyikan luka demi memberi
kekuatan,
Karena bila aku runtuh,
Maka robohlah tiang rumah ini.
Aku ingin bebas seperti kawan
sebayaku,
Tapi langkahku terikat
hutang-hutang,
Tawaku terkubur oleh beban
Masa mudaku tertukar
Dengan janji menjaga keluarga
agar tetap utuh.
Orang-orang mungkin melihatku
tegar,
Namun di dalam dada ini ada
perang yang tak berhenti.
Aku berdiri bukan karena aku
kuat,
Tapi karena aku tak punya pilihan
selain bertahan.
Aku adalah anak harapan keluarga,
Tiang terakhir di rumah yang
rapuh.
Dan bila suatu hari aku patah,
Biarlah dunia tahu aku patah
bukan karena kalah,
Melainkan karena aku telah
habis-habisan
Menjadi penyangga terakhir bagi
keluargaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar