Sabtu, 01 November 2025

Sahabatku

 


Sumber: Pixabay.com


Mata yang semakin hari semakin menghitam

Sayup menatap  kabut lurus ke depan

Tubuh  rintih ini menjadi bukti kecewa  yang terdalam  

Bajunya pun terlihat lusuh namun tidak dengan kenangan

Hanya peluh tak butuh keluh

Namun…

Ku butuhkan matamu tuk melihat betapa lelahnya diriku

Ku butuhkan telingamu untuk mendengarkan keluh kesahku

Ku butuhkan bahumu

Tuk menopang tubuh rapuhku

Ku butuhkan juga tanganmu

Tuk gengam dan kuatkan diriku

Yang tak mampu bangkit dari masalalu.  


Penulis : Nina Maulida Fauziah 

Editor : Okti 

Kamis, 25 September 2025

Anak Harapan Keluarga

Sumber: Pixabay .com 

 

Aku dilahirkan bukan sekadar untuk hidup,

Tapi untuk memikul harapan

Yang terlalu berat bagi pundak seorang anak.

 

Di mataku, kulihat ibu menahan tangis,

Di telingaku, kudengar ayah terengah jauh di rantau,

Dan di dadaku, kurasakan retakan

Yang harus kututup dengan senyum pura-pura.

 

Aku belajar menukar mimpi dengan kenyataan,

Menyembunyikan luka demi memberi kekuatan,

Karena bila aku runtuh,

Maka robohlah tiang rumah ini.


Aku ingin bebas seperti kawan sebayaku,

Tapi langkahku terikat hutang-hutang,

Tawaku terkubur oleh beban

Masa mudaku tertukar

Dengan janji menjaga keluarga agar tetap utuh.

 

Orang-orang mungkin melihatku tegar,

Namun di dalam dada ini ada perang yang tak berhenti.

Aku berdiri bukan karena aku kuat,

Tapi karena aku tak punya pilihan selain bertahan.


Aku adalah anak harapan keluarga,

Tiang terakhir di rumah yang rapuh.

Dan bila suatu hari aku patah,

Biarlah dunia tahu aku patah bukan karena kalah,

Melainkan karena aku telah habis-habisan

Menjadi penyangga terakhir bagi keluargaku.




Penulis : Muhammad Zakiyul Wildan 
Editor : Okti

Kamis, 18 September 2025

Rindu yang Tersesat

 

Sumber : Pixabay.com

Entah di mana aku berada

Bingung menamainya.

Kalbu ku penuh  rasa renjana,

juga lara saat tak bersama.

 

Tempat para ahli surga itu,

Membuatku menjadi haru

Tak jarang membuatku sendu,

Sendu karena ku tak mampu,

Bersanding ilmu dengan mereka itu.

 

Ku cari jalan keluar,

namun langkah berputar.

Meski rintang tak gentar,

ku tetap berikhtiar.

 

Usahaku tak henti,

hasilnya Sang Hyang yang tahu.

Aku hanya mencoba,

percaya indah akhirnya.

 

Kini aku berkelana,

Tak pantas tuk menyerah begitu saja,

Doa memandu,

Sang Hyang selalu bersama.


Penulis : Naufal Zufar Athaghozi

Editor : Okti 

Minggu, 14 September 2025

Senandung Asa

 

Sumber :Pixabay.com

Cermin bangsa retak berdarah

Koruptor tertawa di singgasana

"Ke mana sumpah pemuda?" bisik sejarah

"Di mana jiwa proklamasi?" pekik garuda bersayap luka.


Penguasa bertopeng dusta

Mata buta, telinga tuli pada rakyat

Rimba dijual, pertiwi terluka

Lintah serakah menghisap marwah

Rakyat merintih dalam nestapa.


Namun petani tetap menanam asa

Seniman melukis mimpi di kanvas gelap

Tunas muda tumbuh dari bara

Asa berdetak dalam dada yang tetap.


Kupecahkan cermin kebohongan

Dari serpihan lahir kebenaran

Kelak cucu akan bersaksi

Pancaran Nusantara bersinar kembali.


Penulis : Eka Silfia Arini

Editor : Okti 

Jumat, 05 September 2025

Api Merah Putih



Sumber : IStock. com

Di atas tanah yang sedang dijajah,
Mereka berdiri tegap, begitu gagah.
Membela Nusantara tercinta,
Kebanggaan setiap anak bangsa.

Dengan sederhana mereka melangkah,
Hanya bambu runcing di genggaman tangan.
Namun tekad dan semangat merdeka,
Mengiringi langkah melawan penjajah.

Wahai Pahlawan Revolusi,
Perjuanganmu sangatlah kami apresiasi.
Atas nama Bangsa Indonesia,
Kami berjanji menjaga negeri ini
Untuk selama-lamanya.

Penulis : Muhammad Najwan Ramadhan 

Editor : Okti 

Jumat, 29 Agustus 2025

Di Seluruh Dunia

Sumber: Pixabay.com

 



Aku berjalan di sepanjang jalan

Yang ramai lalulalang insan.

Mengamati satu demi satu,

Kesibukan demi kesibukan, insan yang tak ku kenal.

Aku kalut, mencari insan siapa yang tulus pada jiwa ini.

Sesekali berderai air mata ku.

Penat yang tak terperikan ini, akhirnya merenggut tenagaku,

Untuk menelusuri hati yang murni.

Hingga akhirnya kalbuku terbuka,

Di hamparan hidup yang penuh topeng,

Hanya satu jiwa yang tak pernah berpaling.

Dia yang merajut nafasku dari benang kasih,

Mengukir hidupku dengan tinta pengorbanan.

 

Di seluruh dunia yang gaduh,

Hanya dia yang diam-diam menjadi alas nafasku.

Aku, terlalu lamban mengerti bahwa,

Cintanya adalah bahasa tanpa huruf.

Dan ketika semua pintu mengunci,

hanya tubuhnya yang tetap terbuka

seperti bumi memeluk akar, seperti malam merangkul lelah.



Penulis : Novia Triani

Editor : Okti 

Kamis, 21 Agustus 2025

Kita yang Tertinggal di Baris Ketiga

Sumber : Pixabay. com 


Tak ada yang kebetulan bahkan daun jatuh pun sudah ditakdirkan.

Seperti pertemuan dan perpisahan.

Pernah sedekat itu denganmu adalah takdir.

Dan kini seasing ini pun adalah takdir, semua sudah tertulis.

 

Tidak perlu dicari di mana letak kesalahan.

Hanya perlu membiasakan.

Waktu pasti akan memulihkan hati yang sakit.

Terima kasih, kata-kata semangatmu di saat aku rendah diri

Masih membekas dihati dan menjadi motivasi hingga kini.

 

Kritik dan saran yang pernah kau lontarkan masih tersimpan dipikiran.

Kau mengajarkan aku untuk tidak naif dan menganggap semua orang itu baik.

Kau mengajarkanku untuk berdiri di kaki sendiri, sebab apapun yang terjadi hanya diri

sendiri yang paling mengerti.

Aku bisa dengan mudah memulai, tetapi tak pandai mengakhiri.

 

Tak apa, jika saat ini kita tidak pernah lagi bertegur sapa.

Sekali lagi, aku yakin waktu akan memudarkan semua.

Setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya.

Itulah hukum alam dan mungkin, masa kita memang sudah selesai.


Penulis : Ummu Hafadzoh Az Zahra

Editor : Okti 

Minggu, 17 Agustus 2025

AKU TAK PUNYA PIALA

 



Aku tak punya piala

Hanya ada segenggam kecewa

Yang membekas Hingga tak bernyawa

 

Aku tahu hidup bukan perihal juara,

Ia lautan rahasia,

Yang terkadang menenggelamkan,

Terkadang pula mengajarkan uuntuk berenang

 

Jika kau hanya meratapi  kekecewaan

Hidup hanyalah lorong tanpa tujuan

Namun saat ku buka jendela syukur

Cahaya kecil menjelma pelipur

 

Hidup itu tidak selalu tentang  Bahagia

Tetapi cara  kita mengambil hikmah dari hidup

 

Penulis : Lutfia Marisatul Ula

Editor : Okti


Minggu, 10 Agustus 2025

Resensi Buku Animal Farm – George Orwell: Alegori Politik yang Tajam dan Abadi

 



Judul: Animal Farm
Penulis: George Orwell
Pertama Terbit: 1945
Tebal: 148 halaman
Penerbit: Bentang Pustaka (2016)
Genre: Alegori, Satire, Fabel, Sindiran Politik, Fiksi Distopia

Animal Farm adalah novel klasik yang menggabungkan kisah fabel sederhana dengan kritik sosial-politik yang tajam.

Sekilas Tentang Animal Farm

Novel Animal Farm karya George Orwell adalah salah satu karya sastra paling berpengaruh abad ke-20. Dengan latar sebuah peternakan, Orwell menghadirkan alegori politik yang terinspirasi dari Revolusi Rusia dan rezim totalitarian. Walau berbentuk kisah hewan, pesan novel ini relevan di berbagai zaman karena mengangkat isu kekuasaan, propaganda, dan korupsi moral.

Sinopsis Singkat Animal Farm

Cerita dimulai dengan pidato Mayor, seekor babi tua, yang memimpikan dunia tanpa penindasan manusia. Setelah ia meninggal, dua babi cerdas (Napoleon dan Snowball) memimpin pemberontakan melawan pemilik peternakan, Tuan Jones. Mereka mendirikan Peternakan Binatang dengan ideologi “Binatangisme” dan tujuh perintah utama, yang kemudian disederhanakan menjadi semboyan: “Yang berkaki empat baik, yang berkaki dua jahat.”

Namun, perebutan kekuasaan membuat Napoleon menyingkirkan Snowball. Dengan propaganda yang masif, Napoleon mengubah sejarah, menyebarkan ketakutan, dan menuduh Snowball sebagai biang segala masalah. Perlahan, kehidupan para hewan justru lebih sengsara dibanding saat diperintah manusia. Salah satu perintah utama pun diubah menjadi: “Semua hewan setara, tetapi beberapa hewan lebih setara daripada yang lain.”

Perubahan ini menjadi simbol kuat bagaimana kekuasaan absolut memutarbalikkan prinsip awal demi kepentingan segelintir elit.

Kelebihan Animal Farm

 

1. Alegori Politik yang Kuat dan Tajam : kritik tajam terhadap sejarah Revolusi Rusia

dan rezim totalitarianisme. Orwell berhasil menyisipkan simbolisme politik secara

cerdas dan halus, menjadikan novel ini relevan di berbagai zaman dan konteks

kekuasaan.

2. Karakter dan Simbolisme yang Bermakna : Setiap tokoh dalam novel memiliki fungsi

alegoris yang jelas. Napoleon sebagai Stalin, Snowball sebagai Trotsky, hingga Boxer

sebagai rakyat pekerja yang loyal namun tertindas, memberikan kedalaman makna

yang kuat.

3. Gaya Bahasa Padat dan Efektif : Orwell menggunakan gaya bahasa yang lugas namun

sarat makna. Kalimat-kalimatnya tidak bertele-tele, namun berhasil menyampaikan

kritik sosial dan politik dengan cara yang menggugah pikiran.

4. Struktur Cerita yang Konsisten : Alur maju yang terstruktur dalam sepuluh bab

membuat perkembangan konflik terasa logis dan menyakitkan sekaligus mulai dari

euforia revolusi, konflik internal, hingga pembusukan total idealisme awal.

5. Relevansi Sepanjang Masa : Meski terbit pertama kali pada tahun 1945, pesan Animal

Farm tetap relevan dalam membaca dinamika kekuasaan, propaganda, dan manipulasi

publik yang masih terjadi hingga kini.

    Namun, Dalam buku ini masih terdapat beberapa kesalahan ketik dan istilah asing yang mungkin membingungkan pembaca awam. Pembaca yang kurang memahami sejarah Revolusi Rusia juga mungkin melewatkan beberapa simbolisme penting.

        Animal Farm adalah novel pendek namun berdampak besar, memadukan kisah fabel dengan kritik politik yang tajam. George Orwell berhasil menunjukkan bagaimana revolusi yang lahir dari semangat kesetaraan bisa berubah menjadi rezim yang menindas. Bagi pencinta sastra, sejarah, maupun politik, Animal Farm adalah bacaan wajib yang relevan untuk semua generasi.

 

Penulis : Kuni Zahidah Afifah Billah

Editor : Okti 

Kamis, 31 Juli 2025

Hina dalam Cinta

 

Sumber : Pixabay.com




Engkau bagaikan nirmala
Sedang aku hanyalah abu di sudut tak bernama.

Aku mencintaimu diam-diam,
seperti bayang di balik tirai malam.

Tak pantas rasanya aku memimpikanmu jadi dayita,
sebab langkahku tak lagi suci dan penuh luka.

Tuan, bolehkah sekali saja
kutatap manik matamu yang tenang?

Agar kau tahu di benakku telah kusinggahi asmaraloka,
tempat namamu kusebut dalam doa paling rahasia.

Aku ikhlas,
walau cintaku lebam dan membiru.

Ampunilah aku, yang lancang mencintaimu

Cinta ini bak perjudian yang bertaruh dengan ketidakmungkinan

 

Penulis : Iga Oktaviona

Editor : Okti 


Jumat, 25 Juli 2025

Jejak yang Tak Sempat Kulihat

 

 

Sumber : Pixabay. com 

Di halaman masa kecilku,

ada bayang samar

yang tak pernah kutemui

tapi selalu kurindui.

 

Katanya,

ia pernah menatapku penuh cahaya,

lalu pergi

sebelum aku sempat berjalan ke arahnya.

 

Tak ada wajah yang utuh dalam ingatan,

hanya cerita

dan rasa yang tumbuh dalam diam.

 

Aku belajar kuat

dari kehilangan yang tak kupahami,

membawa ruang kosong itu

dengan kepala tegak.

 

Sebab cinta yang hilang

bukan berarti tiada

ia menjelma menjadi  cahaya

yang diam-diam menuntunku dari kejauhan.


Penulis : Nasywa Zaidatun Nadya

Editor : Okti 

Sahabatku

  Sumber: Pixabay.com Mata yang semakin hari semakin menghitam Sayup menatap   kabut lurus ke depan Tubuh   rintih ini menjadi bukti kec...