Sabtu, 10 Mei 2025

Peringatan Maulid Nabi Menghidupkan Teladan Rasulullah dalam Bermasyarakat



Sumber: Pixabay.com


       Maulid Nabi istilah yang tak asing lagi dikalangan muslim di berbagai penjuru dunia. Istilah ini merujuk pada peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awwal dalam kalender Hijriah tahun yang juga dikenal sebagai Tahun Gajah. Maulid Nabi menjadi momen penting untuk mengekspresikan rasa cinta dan penghormatan kepada Rasulullah SAW.Secara historis, tradisi peringatan Maulid Nabi pertama kali diperkenalkan oleh Dinasti Fatimiyah di Mesir. Seiring perkembangan Islam, tradisi ini menyebar ke berbagai wilayah Muslim, termasuk Indonesia, dan berkembang menjadi budaya yang kaya makna, baik secara religius maupun sosialDi Indonesia, Maulid Nabi menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Peringatannya dilakukan secara meriah dan penuh kekhusyukan melalui pembacaan shalawat, syair Berzanji, ceramah keagamaan, hingga kegiatan sosial. Uniknya, setiap daerah di Indonesia memiliki cara tersendiri dalam merayakan Maulid Nabi, mencerminkan keberagaman budaya lokal dalam bingkai nilai-nilai Islam. Daerah yang masih menghidupkan tradisi lokal yakni Yogyakarta dan surakarta dengan tradisi Grebeg Maulud, Kalimantan Selatan dengan Tradisi Baayun Maulid, Gorontalo  dengan tradisi walimah dan juga Banyuwangi dengan tradisi Endong-Endong dan lain-lain. 

        Seiring berkembangnya zaman, bentuk peringatan Maulid Nabi turut beradaptasi. Dakwah kini tak hanya dilakukan melalui pengajian langsung, tetapi juga lewat platform digital seperti media sosial, video dakwah, dan siaran daring. Meski demikian, tradisi peringatan Maulid yang bersifat lisan dan turun-temurun, seperti tahlil, rebana, dan pembacaan syair pujian terhadap Nabi SAW, tetap lestari. Dalam setiap peringatan Maulid Nabi, ceramah oleh para kyai dan tokoh agama menjadi sarana penting untuk menyampaikan pesan-pesan moral. Nilai-nilai seperti keadilan, integritas, kemanusiaan, dan tanggung jawab disampaikan sebagai cerminan akhlak Rasulullah SAW yang relevan diterapkan dalam konteks sosial dan kebangsaan masa kini.

    Rasulullah SAW adalah teladan sempurna dalam kehidupan sosial. Di tengah masyarakat yang beragam, beliau menunjukkan sikap toleransi, kepedulian, dan keadilan. Piagam Madinah menjadi bukti kemampuan beliau dalam membangun tatanan masyarakat yang harmonis, berlandaskan penghargaan terhadap hak asasi setiap individu. Sebagai pemimpin, Rasulullah menunjukkan kebijaksanaan dalam menyelesaikan konflik. Beliau menjadi pendengar yang adil dan pemimpin yang bijak. Dalam peristiwa penaklukan Kota Makkah, beliau memberi maaf kepada orang-orang yang dahulu memusuhinya, mengajarkan bahwa perdamaian lebih utama daripada balas dendam.

    Peringatan Maulid Nabi juga menjadi sarana penguatan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat berkumpul di masjid untuk mengikuti pengajian dan belajar tentang akhlak mulia seperti kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang. Nilai-nilai ini kemudian diwujudkan melalui kegiatan sosial seperti gotong royong, membersihkan lingkungan, membantu yang sakit, dan aksi kemanusiaan lainnya. Bagi masyarakat, tindakan ini bukan sekadar rutinitas, tetapi cerminan dari kepedulian yang diajarkan Rasulullah SAW. Maulid Nabi bukan hanya ritual tahunan, tetapi momen penting untuk menginternalisasi keteladanan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Ia menjadi pengingat untuk memperbaiki diri, menjadikan Nabi sebagai sumber inspirasi dalam menghadapi tantangan zaman, dan menumbuhkan cinta yang berbuah pada akhlak yang mulia.


REFERENSI 

  1. Setyaningsih, Sri Isnaini dan Ahmad Muthohar. 2023. Tradisi Bodo Mulud Perayaan Unik Bagi Masyarakat Muslim Demak. Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo.Vol. 5.
  2. Setyaningsih, Sri Isnaini dan Luluk Asekhatul H. 2022. Lebaran Maulid Tinjauan Bentuk dan Nuansa Pelaksanaan Tradisi Masyarakat Demak.Semarang: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Walisongo. 
  3. Nordiana, Lia. (2023). Tradisi Maulid Nabi Muhammad dalam Sastra Banjar. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat



Penulis : Wida Wulan Sari

Editor : Okti 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiga Forum KIP-K UIN Wujudkan Organisasi Visioner dan Solutif Lewat Studi Banding

  Purwokerto– Forum Mahasiswa KIP-K (FORMAKIP) UIN Walisongo Semarang, Asosiasi Mahasiswa Bidikmisi dan KIP-Kuliah (ADIKSI) UIN Prof. K.H. S...