Minggu, 15 Juni 2025

Tiga Forum KIP-K UIN Wujudkan Organisasi Visioner dan Solutif Lewat Studi Banding

 



Purwokerto– Forum Mahasiswa KIP-K (FORMAKIP) UIN Walisongo Semarang, Asosiasi Mahasiswa Bidikmisi dan KIP-Kuliah (ADIKSI) UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (SAIZU) Purwokerto, dan Ikatan Mahasiswa Beasiswa & KIP-K (IKMAB-K) UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan menggelar kegiatan studi banding bertema “Berbagi Gagasan, Menginspirasi Tindakan: Studi Banding Menuju Organisasi Mahasiswa yang Visioner dan Solutif” di Hall Perpustakaan UIN SAIZU, Sabtu (15/6/2025), yang diikuti oleh 96 peserta dari ketiga forum.

Kegiatan ini bertujuan membangun sinergi antarorganisasi mahasiswa KIP-K serta menjadi wadah berbagi pengalaman dan gagasan dalam rangka menciptakan organisasi yang solutif dan berorientasi masa depan.

Ketua Umum ADIKSI, Akhmad Umam Khanani, dalam sambutannya menekankan pentingnya saling menyatukan kekuatan dan menyempurnakan kekurangan antar forum KIP-K.

“Setiap forum memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Maka dari itu, mari kita satukan agar bisa saling menyempurnakan,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Ketua Umum IKMAB-K, M. Islakhul Aula, yang menegaskan bahwa studi banding bukan ajang pembuktian, melainkan sarana berkembang bersama.

“Studi banding ini bukan untuk menunjukkan siapa yang lebih unggul, tetapi agar kita bisa berkembang bersama,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua FORMAKIP Walisongo, Imam Syafi’i berharap forum ini bisa terus eksis dan menjadi ruang pengembangan diri bagi mahasiswa penerima KIP-K.

“Harapannya organisasi ini tidak hanya eksis saat ini, tetapi juga ke depannya harus menjadi ruang pengembangan bakat dan pelatihan yang sesungguhnya bagi mahasiswa KIP-K,” katanya.

Pembina ADIKSI, Chafid Diyanto, turut mengingatkan pentingnya memanfaatkan momen ini untuk memperluas relasi dan merasakan atmosfer kampus lain.

“Manfaatkan kegiatan ini sebagai kesempatan memperluas relasi dan wawasan. Jika memungkinkan, sempatkan berkunjung ke kampus lain agar menambah energi, motivasi, dan kepercayaan diri,” pesannya.

Kegiatan studi banding ini juga diisi dengan pemaparan program kerja dari masing-masing forum serta Focus Group Discussion (FGD) untuk setiap departemen. Melalui kegiatan ini, diharapkan terjalin kolaborasi yang lebih erat antarforum mahasiswa KIP-K dan tercipta organisasi yang progresif serta berdampak nyata.



Penulis :Dwi Endang Setyorini


Jumat, 13 Juni 2025

Lolongan Tak Terdengar


Sumber : Pixabay.com


Jeritan suara yang tak terdengar 

Beribu kata yang tak kunjung terungkapkan

Terpendam jauh di dalam sanubari

Ingin sekali dunia mendengarkannya 


Lelah sendiri memendam ini semua

Bukan hanya raga tapi jiwa juga sama lelahnya 

Tak satupun dari mereka bertanya 

Apakah kamu baik-baik saja ?


Ingin ku akhiri perjalanan yang panjang ini 

Ingin ku hentikan waktu yang berjalan ini 

Sampai kapan ku harus menahannya ?

Sampai kapan lagi harus memendamnya ?


Bahkan waktu tak mampu jawab pertanyaan itu 

Mungkin ini sudah jalannya harus aku lalui 

Mungkin ini suara suratan takdir yang harus aku jalani 

Dan berharap semua indah suatu saat nanti



Penulis : Kharisma Wahyu Kurniawati

Editor : Dwi Endang 

Jumat, 06 Juni 2025

Aku adalah rakyat


Sumber: Pixabay.com


Aku adalah rakyat,

Rakyat disebuah negeri demokrasi gema ripah loh jinawi

Rakyat disebuah negeri dengan enam agama resmi,

Tapi terbiasa mendengar caci maki.

Rakyat disebuah negeri yang pejabatnya lumrah masuk jeruji besi.


Aku adalah rakyat,

Yang selalu jadi konsumsi elit negeri.

Yang selalu dimanja tiap lima tahun sekali..

Yang jadi tameng atas keegoisan penguasa dan oposisi.


Aku adalah rakyat,

Yang kadang berpikir mengapa beda warna harus memaki?

Yang kadang tersenyum melihat pejabat negara keluar masuk bui.

Yang kadang merintih melihat korupsi jadi teman minum kopi.


Aku adalah rakyat,

Rakyat biasa yang terombang egoisnya penguasa.

Rakyat biasa yang selalu menjadi dalil ambisi mereka.

Rakyat biasa yang selalu menelan janji manis mereka.


Aku adalah rakyat,

Rakyat yang rindu akan sopan santun warisan budaya.

Rakyat yang rindu senyum sapa ala indonesia.

Rakyat yang rindu akan pejabat yang sadar dirinya siapa.


Aku adalah rakyat,

Tapi rakyatnya siapa?



Penulis : Muhammad Arif Fadlian Syah

Editor : Okti

Kamis, 29 Mei 2025

Bisikan Ranting


Sumber : Pixabay.com


Bersandar pada hitam kelam yang asing

Menyaksikan senyap begitu lahap menyantap bising

Hangat tewas mengerikan dihunjam angin

Sungai-sungai nadi membeku diterkam dingin


Teka-teki macam apa ini?

Seolah nafas tak pernah diizinkan damai

Ketika misteri dengan pongah mengajak takdir berjudi

Seperti air pada lembaran keladi, tujuannya hanya bertahan diri


Siapa yang bertanggung jawab saat hati menjadi kerontang?

Juga jiwa-jiwa yang terus diteror kematian

Hingga rasa takut lebih dulu merampas nyawa

Lantas ketika jiwa mati apa lagi guna raga?


Setelah lidah kelu seakan hati turut membisu

Benarkah harus berakhir demikian, Tuhan?

Perlu menunggu berapa kali lagi bumi berputar

Sekadar membuktikan bahwa rintihku kaudengarkan


Penulis : Nijam Alfatul Khasna

Editor : Okti 

Jumat, 23 Mei 2025

RESENSI NOVEL "LAUT BERCERITA"

 


Sumber : Gramedia.com

Judul buku : Laut Bercerita

Pengarang : Leila S. Chudori

Penerbit : Kepustakaan populer gramedia

Cetakan : ke-77 Juni 2024

Tebal buku : 377 halaman

ISBN : 978-604-424-694-5

Laut bercerita adalah novel karya penulis asal Indonesia bernama Leila S. Chudori. Ia juga merupakan seorang wartawan di majalah Tempo. Novel cetakan ke-77 ini pada bulan juni 2024. Dengan tema persahabatan, percintaan, kekeluargaan, penghianatan dan rasa kehilangan. Dengan berlatarkan waktu di tahun 1990 - 2000, novel ini mampu menghipnotis para pembacanya untuk menerobos ruang masa lalu dan kembali melihat peristiwa yang terjadi di tahun itu sendiri.

Laut dan sahabatnya terus memperjuangkan keadilan meskipun nyawa mereka dibayangi oleh penghilangan secara paksa atau tembak di tempat. Mereka diculik, dikurung, disiksa, dan diinterogasi, tanpa pernah tahu dimana mereka berada saat menjalani momen tragis itu. Penyiksaan mereka akan berakhir dengan dibuang tanpa tersisa atau dipulangkan apabila mereka beruntung. Asmara Jati, adik perempuan Laut, melacak jejak kakaknya yang hilang. Ketidakadilan tersebut menimbulkan trauma yang amat dalam. Tidak hanya bagi mereka yang dihilangkan dan selamat, tetapi juga bagi keluarga korban. Buku ini adalah perwujudan dalam bentuk fiksi bahwa kita sebagai bangsa Indonesia tidak boleh melupakan sejarah yang membentuk sekaligus menjadi tumpuan bangsa ini.

Buku ini berisikan kekejaman dan kebengisan yang dirasakan oleh kelompok aktivis mahasiswa di masa Orde Baru. Leila Salikha Chudori seakan-akan berusaha membawa para pembacanya untuk ikut merasakan era-era reformasi di tahun 1998 yang penuh dengan kepahitan dan kekejaman bagi para pembela rakyat. Tidak hanya membawa pembacanya pada pasang surut emosi, buku ini juga berisikan pengetahuan tentang keadilan sosial, prinsip demokrasi, dan sejarah pergerakan untuk mendukung Orde Baru. Oleh karena itu, selain berisikan pembelajaran hidup yang megah, buku ini juga memberikan pengetahuan mengenai sejarah kelam yang pernah dilewati bangsa ini. Novel ini adalah perwujudan dalam bentuk fiksi bahwa kita sebagai bangsa Indonesia tidak boleh melupakan sejarah yang membentuk sekaligus menjadi tumpuan bangsa ini. Generasi muda juga perlu melatih diri dan melatih diri untuk memikirkan secara kritis mengenai kebijakan pemerintah untuk mengatur pemerintahan serta kehidupan warga negara. Oleh karena itu, demokrasi dimaknai tidak hanya penting dan berlaku untuk negara saja sebagai suatu sistem. Demokrasi juga harus menjamin kebebasan dan hak kita sebagai manusia yang berdaulat dan sebagai warga negara, agar dapat ikut berpartisipasi dalam proses kebijakan, serta bebas untuk mencapai cita-cita kita, dengan jaminan HAM dan kebebasan, serta penegakan hukum.

Keunggulan dalam sebuah karya novel, tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi si penulis. Hal itu membuktikan bahwa dalam karya tulisnya, ada sesuatu yang ‘tidak biasa’ di mata para pembaca. Leila S. Chudori selaku penulis novel Laut Bercerita telah berhasil menetapkan tema dalam novel ini. Tema yang diusungnya mengenai kemanusiaan pada era Orde Baru yang mana sepantasnya novel ini memperoleh predikat sebagai novel dengan genre historical fiction terbaik.

Visualisasi karakter dan suasana dalam novel ini tampak sungguhan alias nyata. Terlebih, bagian di mana Laut beserta teman-temannya disiksa dan diperlakukan tidak manusiawi. Lalu, hal yang terpenting adalah novel ini berdasarkan kisah nyata pengalaman dari para aktivis yang sempat hilang dan diculik pada Maret tahun 1998 lalu, kemudian 9 berhasil kembali dan 13 lainnya dinyatakan hilang. Lalu, novel Laut Bercerita bersifat edukatif. Hal itu dibuktikan bahwa di dalamnya memuat pengetahuan sejarah rezim Orde Baru, sejarah pergerakan dalam menegakkan keadilan sosial, dan asas demokrasi. Dengan begitu, setelah selesai membaca novel ini, ada banyak pengetahuan mengenai sejarah yang akan kalian dapatkan.

Tidak hanya keunggulan, novel ini juga mempunyain kelemahan. Kelemahan tersebut berupa alur campuran atau maju mundur. Sehingga, para pembaca yang belum terbiasa dengan alur tersebut, akan cenderung kesulitan atau bingung. Hal itu karena dibutuhkannya sikap fokus dan pemahaman secara saksama supaya dapat mengikuti alur cerita dengan baik. Adanya sudut pandang tokoh berbeda dalam satu cerita. Akan tetapi lebih baik jika cerita tersebut dijadikan dua buku dengan judul yang berbeda. Kisah dari sudut pandang Asmara berjalan lambat dan dapat diprediksi. Dan cover novel ini pun kurang menarik sehingga membuat pembaca bingung cerita tentang novel ini jika hanya melihat covernya. Novel laut bercerita memiliki ending yang menggantung sehingga membuat penasaran pembaca tentang kelanjutan kisahnya.

Selain itu, di balik suksesnya sebuah novel, tentu ada pesan yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Dalam novel ini, salah satunya adalah cara agar seorang manusia dapat memanusiakan manusia dari segala aspek. Tak hanya itu, novel Laut Bercerita dapat menjadi bahan teguran untuk negeri ini bahwa masih ada hal yang belum terselesaikan. Mereka, para aktivis atau orang-orang yang sengaja dihilangkan, layak untuk memperoleh dan mendapatkan bentuk keadilan. Novel ini juga ditulis dengan riset yang mendalam. Setiap karakternya diceritakan dengan sangat baik dan secara harmonis membuat karakter melalui detail kecilnya terasa begitu nyata. Penuturan dan penulisan diksi yang mudah dimengerti, membuat pembaca dapat masuk ke dalam cerita dan seolah-olah menyaksikan setiap kejadian di depan mata.

Adapun cerita yang dihidangkan pun mengandung sedikit teka-teki, hal itu yang membuat para pembaca menjadi semakin penasaran akan akhir dari cerita novel ini. Pilihan kata dan penggunaan bahasa terbilang mudah dipahami sebab tak adanya istilah atau ungkapan asing yang menjadikan para pembaca sukar memahami isi cerita. Menariknya, novel ini berhasil digarap ke dalam bentuk film pendek yang berdurasi kurang lebih 30 menit dan disutradarai oleh Pritagita Arianegara. Selain hal-hal di atas, tentu masih ada banyak amanat yang dapat kalian ambil dalam novel ini. Maka dari itu, buku Laut Bercerita sangat direkomendasikan dan sangat layak untuk dibaca. Kisah yang dialami oleh tokoh Laut dan rekan-rekannya yang hilang di rezim Orde Baru pun tidak akan habis termakan waktu. Sebab memang kenyataan hal itu terjadi di negeri ini, bahkan hilangnya beberapa aktivis di masa 1998 tidak ada titik temu hingga saat ini.

Novel fiksi terkait sejarah Indonesia ini, secara implisit menyadarkan kita agar jangan sekali-sekali melupakan sejarah kelam di negeri ini. Dengan sistem demokrasi, seharusnya pemerintah siap menerima hak kritik dari para rakyatnya dengan segala kebijakan yang dibangun. Apabila tidak, tentu banyak terselip berbagai rahasia dan teka-teki, seperti kejadian di era 1998 yang masih menjadi sebuah tanda tanya besar. Hanya di negara diktatorial, satu orang bisa memerintah begitu lama. Seluruh Indonesia dianggap milik keluarga dan kroninya. Tapi kita harus tau satu hal yaitu kita harus mengguncang masyarakat yang pasif, malas, dan putus asa. Agar mereka mau ikut memperbaiki negeri yang sungguh korup dan berantakan ini, yang sangat tidak menghargai kemanusiaan. Novel ini direkomendasikan untuk Remaja, karena mengangkat tema-tema yang relevan dengan remaja seperti persahabatan, percintaan dan rasa kehilangan.

Setelah mereferensi novel ini, pembaca mungkin tertarik untuk membaca buku tersebut dan mengeksplorasi lebih dalam mengenai cerita yang disajikan. Buku ini dapat memicu semangat aktivis terutama mahasiswa pada orde baru 1998 dan melawan pemerintah karena sudah kejam terhadap rakyatnya.

 

Peresensi : Revalina Nicky Ramadhani

Editor : Rifqi


Kamis, 15 Mei 2025

Bangku Mahal

Sumber : Pixabay.com 

Aku berjalan menyusuri sungai

Menanti aliran air menghanyutkan kegelisahanku

Aku menatap langit dan bertanya,

Di mana letak kebahagiaanku?


Harapan yang ku rancang

Dicabik oleh pahitnya kenyataan

Aku ingin berdusta kepada ibuku,

Diriku sangat menginginkannya


Bagaimana tidak?

Bangku-bangku mahal itu menggodaku

Bahwa aku harus mendudukinya


Persoalan selanjutnya bukanlah tentang recehan,

Tapi tekad

Aku hanya tidak ingin menjalani hidup,

Dalam kebodohan yang selalu ku tanam


Penulis : Dwi Endang Setyorini

Sabtu, 10 Mei 2025

Peringatan Maulid Nabi Menghidupkan Teladan Rasulullah dalam Bermasyarakat



Sumber: Pixabay.com


       Maulid Nabi istilah yang tak asing lagi dikalangan muslim di berbagai penjuru dunia. Istilah ini merujuk pada peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awwal dalam kalender Hijriah tahun yang juga dikenal sebagai Tahun Gajah. Maulid Nabi menjadi momen penting untuk mengekspresikan rasa cinta dan penghormatan kepada Rasulullah SAW.Secara historis, tradisi peringatan Maulid Nabi pertama kali diperkenalkan oleh Dinasti Fatimiyah di Mesir. Seiring perkembangan Islam, tradisi ini menyebar ke berbagai wilayah Muslim, termasuk Indonesia, dan berkembang menjadi budaya yang kaya makna, baik secara religius maupun sosialDi Indonesia, Maulid Nabi menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Peringatannya dilakukan secara meriah dan penuh kekhusyukan melalui pembacaan shalawat, syair Berzanji, ceramah keagamaan, hingga kegiatan sosial. Uniknya, setiap daerah di Indonesia memiliki cara tersendiri dalam merayakan Maulid Nabi, mencerminkan keberagaman budaya lokal dalam bingkai nilai-nilai Islam. Daerah yang masih menghidupkan tradisi lokal yakni Yogyakarta dan surakarta dengan tradisi Grebeg Maulud, Kalimantan Selatan dengan Tradisi Baayun Maulid, Gorontalo  dengan tradisi walimah dan juga Banyuwangi dengan tradisi Endong-Endong dan lain-lain. 

        Seiring berkembangnya zaman, bentuk peringatan Maulid Nabi turut beradaptasi. Dakwah kini tak hanya dilakukan melalui pengajian langsung, tetapi juga lewat platform digital seperti media sosial, video dakwah, dan siaran daring. Meski demikian, tradisi peringatan Maulid yang bersifat lisan dan turun-temurun, seperti tahlil, rebana, dan pembacaan syair pujian terhadap Nabi SAW, tetap lestari. Dalam setiap peringatan Maulid Nabi, ceramah oleh para kyai dan tokoh agama menjadi sarana penting untuk menyampaikan pesan-pesan moral. Nilai-nilai seperti keadilan, integritas, kemanusiaan, dan tanggung jawab disampaikan sebagai cerminan akhlak Rasulullah SAW yang relevan diterapkan dalam konteks sosial dan kebangsaan masa kini.

    Rasulullah SAW adalah teladan sempurna dalam kehidupan sosial. Di tengah masyarakat yang beragam, beliau menunjukkan sikap toleransi, kepedulian, dan keadilan. Piagam Madinah menjadi bukti kemampuan beliau dalam membangun tatanan masyarakat yang harmonis, berlandaskan penghargaan terhadap hak asasi setiap individu. Sebagai pemimpin, Rasulullah menunjukkan kebijaksanaan dalam menyelesaikan konflik. Beliau menjadi pendengar yang adil dan pemimpin yang bijak. Dalam peristiwa penaklukan Kota Makkah, beliau memberi maaf kepada orang-orang yang dahulu memusuhinya, mengajarkan bahwa perdamaian lebih utama daripada balas dendam.

    Peringatan Maulid Nabi juga menjadi sarana penguatan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat berkumpul di masjid untuk mengikuti pengajian dan belajar tentang akhlak mulia seperti kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang. Nilai-nilai ini kemudian diwujudkan melalui kegiatan sosial seperti gotong royong, membersihkan lingkungan, membantu yang sakit, dan aksi kemanusiaan lainnya. Bagi masyarakat, tindakan ini bukan sekadar rutinitas, tetapi cerminan dari kepedulian yang diajarkan Rasulullah SAW. Maulid Nabi bukan hanya ritual tahunan, tetapi momen penting untuk menginternalisasi keteladanan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Ia menjadi pengingat untuk memperbaiki diri, menjadikan Nabi sebagai sumber inspirasi dalam menghadapi tantangan zaman, dan menumbuhkan cinta yang berbuah pada akhlak yang mulia.


REFERENSI 

  1. Setyaningsih, Sri Isnaini dan Ahmad Muthohar. 2023. Tradisi Bodo Mulud Perayaan Unik Bagi Masyarakat Muslim Demak. Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo.Vol. 5.
  2. Setyaningsih, Sri Isnaini dan Luluk Asekhatul H. 2022. Lebaran Maulid Tinjauan Bentuk dan Nuansa Pelaksanaan Tradisi Masyarakat Demak.Semarang: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Walisongo. 
  3. Nordiana, Lia. (2023). Tradisi Maulid Nabi Muhammad dalam Sastra Banjar. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat



Penulis : Wida Wulan Sari

Editor : Okti 

Jumat, 09 Mei 2025

*Formakip Walisongo Adakan Pembukaan Harlah dan Seminar Beasiswa S2*

 


Vinna Pandu Winata dan Efri Arsyad Rizal sedang berbincang bersama dalam acara Opening dan Seminar Beasiswa S2 di Auditorium II Kampus 3 UIN Walisongo, Rabu (7/5/2025). (Dok. Khusus)


Semarang– Formakip Walisongo merayakan Hari Lahir ke-11 melalui seminar beasiswa S2 bertajuk "11 Tahun FORMAKIP Walisongo: Membangun Kolaborasi, Menguatkan Kapasitas, dan Mewujudkan Generasi Berdaya Saing Menuju Masa Depan Gemilang" di Auditorium 2 Kampus 3 UIN Walisongo Semarang. Acara yang dihadiri langsung oleh 155 peserta dilaksanakan pada Rabu (7/5/2025).


Wakil Rektor III UIN Walisongo, A. Hasan Asy'ari Ulama’i, membuka rangkaian acara Harlah Formakip dan mengapresiasi peran Formakip dalam mengembangkan komunitas akademik. Beliau menekankan perlunya inovasi kegiatan yang menunjang anggota.


“Organisasi perlu menghadirkan inovasi seperti seminar bersertifikasi di bidang beasiswa dan karir, bukan sekadar pelatihan,” ujarnya.


Seminar tersebut menghadirkan penerima beasiswa LPDP, Vinna Pandu Winata (sedang menempuh pendidikan magister UIN Walisongo) dan Efri Arsyad Rizal (lulusan S2 Universitas Birmingham, Inggris).


Vinna Pandu Winata menyampaikan bahwa niat yang kuat, konsistensi, dan kelengkapan dokumen merupakan kunci keberhasilan meraih beasiswa LPDP.


"Kunci utamanya adalah niat yang kuat, konsistensi, dan kesiapan dokumen," tegasnya.


Ia juga menjelaskan bahwa penerima LPDP mendapatkan pembiayaan penuh selama studi S2, meliputi tunjangan transportasi, buku, dan lainnya.


Sementara itu, Efri Arsyad Rizal menekankan bahwa lulusan UIN memiliki potensi untuk bersaing dengan lulusan kampus-kampus unggulan lainnya.


"Kita tetap kompetitif dengan perguruan tinggi non-keislaman, misalnya dengan menonjolkan kemampuan berdakwah, berpidato, atau keahlian lain yang bernuansa Islami. Bahkan dengan sesama kampus di Indonesia pun, kita bisa lebih unggul," tuturnya.


Efri menambahkan pentingnya memperluas peluang dan pengalaman.


"Yang terpenting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri untuk meraih peluang dan memperkaya pengalaman," pungkasnya.


Reporter: Dwi Endang Setyorini

Senin, 05 Mei 2025

*Perjalanan Hidup*



Sumber : Pixabay.com

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Lewat tulisan ini, aku akan menceritakan sebuah perjuangan seseorang melawan pahitnya kenyataan. 
     Namaku, Rumaisha Afda Alfahra. Terlahir tanpa Ayah dan Bunda. tidak membuatku patah semangat dalam menggapai cita-cita dan menghadapi kehidupan yang keras seorang diri. Aku tahu memang sangat kecil kemungkinan, tapi bukankah Allah akan memberikan suatu jalan kemudahan?
     Hari-hari, aku baktikan dengan berjualan koran di pinggir jalan. Tidak bisa bersekolah, bermain, jalan-jalan, tidur pulas, makan enak, dan yang paling miris lagi, tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua. Aah … rasanya tak kuat.
     Aku tidur bermodalkan kardus, baju pun tidak bagus, makan sehari sekali, itu pun kalau uang hasil jualan laris manis. Tau sendiri ‘kan, sekarang zaman sudah serba canggih. Mau baca, nulis, jualan, semuanya sudah bisa diakses di internet, asal ada gawai saja, sih. 
     Terkadang, iri dan sedih melihat anak-anak yang berleha-leha menjemput mimpinya, padahal tugasnya cuma satu, belajar. Minta ini itu tinggal bilang, orang tua langsung kasih. Lantas kurangnya dimana? Sampai belajar malas-malasan begitu. Astaghfirullah.
     Dulu, ketika masih bersama Nenek, lebih tepatnya Nenek angkat. Beliau menemuiku tergeletak di jalanan, umurnya kira-kira sekitar satu tahun, katanya. Entahlah, aku tak ingat masa-masa itu. Mungkin karena masih kecil kali, ya?
     Nenek adalah penguatku kala ingin menyerah. Aku  mengingat obrolan kita saat duduk di teras Masjid. “Sha, cita-cita kamu mau jadi apa?” tanya Nenek sembari mengelus rambutku.
“Aku mau bahagiain, Nenek.” jawabku saat itu.
“Aamiin. sepertinya, Nenek tidak bisa menyaksikan kesuksesanmu, Sha,” aku hanya membalas dengan senyuman.
“Tapi Nenek percaya, bahwa kamu bisa menjadi orang hebat. Yakinlah, setiap  kesulitan itu pasti  ada kemudahan.” Nenek mendekap erat diriku. Hangat, pelukan yang sebelumnya tak pernah aku rasakan. 
     Ternyata percakapan itu, percakapan terakhir. Setelah melaksanakan sholat ashar. Nenek menghembuskan nafas terakhirnya. Aku menjerit histeris ketika mengetahui Nenek telah tiada. Hingga berbulan-bulan, aku seperti tidak tahu arah, persis orang yang tidak mempunyai akal.  
     Semenjak kejadian meninggalnya Nenek, hidupku hancur. Satu-satunya orang yang baik, peduli, selalu ada, selalu menjaga diriku telah pergi. Impian untuk membahagiakannya hangus bersama dengan kepergiannya.
     Hari ini, tepat satu tahun aku kehilangan, Nenek. Seseorang yang sangat berarti bagiku. Wanita tua pemilik alis tebal, dengan kemurahan hati menjaga anak yang tak jelas asal-usulnya. Terima kasih telah membersamaiku, di sini aku akan terus merindukanmu.
***
    Sudah hampir dua puluh tahun aku menjelajahi dunia, khususnya di desa Cienteung. Langkah demi langkah kulalui bersama bayang-bayang masa lalu. Entah berapa kali, kaki ini menyentuh panas aspal jalanan, tapi tetap saja aku harus bertahan. 
    Memang benar, terkadang pertanyaan yang sulit tak kunjung mendapatkan jawaban. Oh, Tuhanku bumi-Mu terlalu luas untuk aku tempati seorang diri tanpa siapa pun di sini. Ke manakah kau akan menuntun diri ini?
    Dulu, aku tidak percaya adanya Tuhan. Namun, almarhumah Nenek beralis tebal mengenalkanku dengan Tuhannya. Kata beliau, Dia adalah Tuhan Maha Esa, yang senantiasa mengabulkan do’a para umat di bumi. Dia memiliki sembilan puluh Sembilan nama baik. Hati ini terasa tenang mendengarnya.
 
    Sambil membawa koran, aku duduk di tepi jalan raya,  menunggu lampu merah tiba. Pikiran ingin terus berputar ke masa beberapa tahun silam, tapi aku urungkan. Karena, melihat anak kecil menangis, dia berjongkok dengan tangan memeluk kedua kaki.
“Dek, kamu kenapa?” Suara tangisnya semakin kencang. Aku jadi khawatir.
Aku ikut berjongkok dan mengelus pucuk kepalanya, “sayang, anak manis. Jangan nangis, ada Kakak di sini.” 
“ Kakak, aku takut sendiri,” katanya berbalik menghadapku. Aku bingung, mengapa anak secantik dan semanis ini dibiarkan sendirian di jalanan. Rasanya, ingin kujambak rambut seseorang yang berani meninggalkannya.
“Tenang, sayang. Sekarang, kamu sudah bersama, Kakak,” ucapku sembari tersenyum padanya. Tidak lama kemudian, dia berhenti menangis. 
“Kakak tahu di mana rumahku?” Aku menggeleng, “tadi, aku habis dari Mall. Terus, pas jalan pulang Mama suruh aku turun dari mobil, padahal ‘kan mainan itu nggak jadi aku ambil,” lanjut anak kecil tersebut.
“Terus, Mama tinggalin kamu di sini?” tanyaku dengan nada lebih tinggi.
“Iya. Kata Mama, aku anak bandel, enggak nurut, bodo, manja, cengeng, pinter ngadu dan … aku hafal segitu, Kak.” Aku meremas koran. Tega sekali Mamanya menelantarkan. Apa dia tidak mengkhawatirkan anak ini? Bagaimana jika diculik?

    Semakin berganti tahun, zaman semakin kacau saja. Seorang Ibu yang seharusnya menjaga, merawat, mendampingi, membimbing dan  mengayomi malah terang-terangan meninggalkan anaknya. Merinding rasanya..  Aku menegaskan pada diriku sendiri tidak akan menjadi seperti Ibu anak ini.
“Kamu yang kuat sayang,” sanggahku sambil kembali memeluknya, “eh, tapi dia Mama Kandungmu, ‘kan?
 Siapa tahu Mamanya palsu. Dia masih tertunduk, dan belum menjawabnya. Hmm … aku jadi curiga. Eh, tunggu, dia menangis lagi. 
“Adek …,” ujarku mengangkat dagunya. 
“Hu – hu – hu. Kenapa Kakak tanya aku?” Aduh, kok, makin deras air matanya. Lagian, pake keceplosan segala ini mulut. Dasar ember.
“Kakak minta maaf, ya?!” Aku menghapus air matanya, lantas  membiarkan dia tenang. 
“Aku terima maaf, Kakak, tapi ada syaratnya,” balasnya.
“Apa?”
“Aku ikut ke manapun, Kakak pergi,” pintanya padaku.
“Kamu siap luntang-lantung, enggak makan, jualan koran, tidur dari alas kardus, baju jarang ganti dan masih banyak lagi?” tanyaku sambil menatap matanya.
“Siap!” 
    Lucu sekali anak kecil, umur lima tahunan ini. Masa mau aku ajak sengsara semangat, sih. Terlalu naïf rasanya membawa dia dalam kehidupanku. Dia tidak tahu saja, bagaimana berada di posisi paling bawah. Semoga kamu dipertemukan kembali dengan keluargamu.
“Eh, iya. Nama Adek siapa?” 
“Namaku, Arsy. Kalau Kakak?” Aku mengucap syukur pada Tuhan yang Nenek kenalkan. Satu sisi senang, satu lagi sedih. Senang, karena ada teman, dan sedih kala memikirkan nasibnya nanti. Lupakan, yang paling penting dia bahagia.
“Rumaisha.”  Kita pun tertawa bersama. Mulai detik ini, aku akan terus menjaga dan memperlakukan dirinya seperti Nenek padaku.
    Setelah itu, aku dan Arsy pergi mencari tempat untuk tidur malam hari. Kita berkeliling dari satu kampung ke kampung lain, tapi tak ada orang yang mau menampung atau memperbolehkan tidur di luar teras rumah. 
    Hari sudah semakin sore, matahari mulai tenggelam. Tidak adakah orang yang mau menampung kita, semalam saja. Kasihan Arsy, dia kelihatan kelelahan sekali. Akhirnya aku ambil keputusan untuk tidur di pos ronda dekat pertigaan. Tak masalah, meski kena marah.
“Arsy, malam ini kita tidur di sini, ya,” kataku sembari berdiri menyeimbanginya.
“Nanti, kalau diusir kayak tadi, gimana?” Terlihat mata Arsy sudah mulai sayu.
“Tidak masalah, sayang.” Bagiku lebih baik nanti diusir daripada melihat Arsy kelelahan.
    Pagi hari, aku terbangun dan mendapati tidak ada Arsy, di sisiku. Ke mana dia? Aku terus memanggil namanya, sampai pada yang terakhir kali, aku menyadari satu hal. Ini bukan  di pos ronda, tapi aku berada tepat di pinggir jalan.

    Sebenarnya apa yang telah terjadi padaku? Tiba-tiba saja, aku merasakan nyeri di kepala. Ternyata, saat aku berjualan, salah satu mobil menghampiri dan menabrak dari arah kanan. Itu artinya pertemuan dengan Arsy pun hanya sekedar mimpi? Ah … lagi dan lagi realita mempermaikanku. Mungkin, meratapi takdir akan menjadi hobbyku setelah ini. Setelah dirajam pahit manisnya pengharapan. 
Tidak ada kehidupan yang sempurna. Karena, sedih dan bahagia akan selalu hadir menyapanya. Maka, jadikanlah sabar dan syukur menjadi penyempurna segala rasa.



 
Penulis : Ummu Hafadzoh Az-Zahra
Editor : Ahmad A'inur Rifqi

Jumat, 02 Mei 2025

CAHAYA DI BAWAH KUBAH HIJAU



Sumber: Pixabay.com



Wahai engkau yang bertempat di bawah kubah hijau,

Sungguh, kerinduan ini tak bisa ku bendung lagi.

Setiap detak jantungku bergetar ingin menjumpaimu,

Di malam sunyi, ku panjatkan doa kepada Ilahi.


Ingin sekali engkau datang ke mimpiku,

Bersemi harapan dengan syafaat-Nya.

Andaikan engkau berada di sisiku,

Akan kutumpahkan air mata bahagia yang tak terduga.


Engkaulah cahaya dalam gelapnya malam,

Membawa petunjuk bagi umat yang tersesat.

Dengan akhlak mulia, kau ajarkan kasih sayang,

Menuntun langkah kami menuju jalan yang selamat.


Dalam setiap lafaz shalawat terucap,

Kau hadir dalam hati, selalu kami ingat.

Wahai Nabi tercinta, pelita jiwa kami,

Semoga syafaatmu menuntun hingga akhir hayat.


Penulis : Hani Soraya Efendi

Editor : Dwi Endang 


Senin, 28 April 2025

*Rajendra Walad Jihad Bahas Pentingnya Pengembangan Diri dan Karier*


Rajendra Walad Jihad sedang memaparkan materi dalam acara MAKAPURI KIP-K 2024 di Lembah Nirwana, Nambangan, Gondang, Limbangan, Kabupaten Kendal, Sabtu - Minggu (26-27/4/2025). (Dok. Khusus).



formakipwalisongo.org - Forum Mahasiswa KIP-K (FORMAKIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang mengadakan Malam Keakraban Penuh Cerita dan Silaturahmi (MAKAPURI) KIP-K 2024 bertajuk "Melangkah Bersama, Ciptakan Cerita, Wujudkan Asa Bersama Nawasharma KIP-K 2024" di Lembah Nirwana, Nambangan, Gondang, Limbangan, Kabupaten Kendal, Sabtu - Minggu (26-27/4/2025).


Turut menghadirkan Demisioner Pengurus Pusat Bidikmisi Community (BMC) Walisongo Periode 2021, Rajendra Walad Jihad menjelaskan tentang pengembangan diri dan karier.


"Pengembangan diri adalah proses pembentukan potensi, bakat, sikap, perilaku, dan kepribadian seseorang melalui pembelajaran serta pengalaman yang dilakukannya. Sedangkan karier adalah proses perjalanan hidup seseorang," jelasnya.


Ia juga mengatakan bahwa antara pengembangan diri dan karier saling berkesinambungan. 


"Karier adalah proses perjalanan hidup seseorang. Sementara pekerjaan adalah profesi yang dikerjakan sepanjang waktu. Jadi antara pengembangan diri dan karier merupakan dua hal yang berkaitan," ucapnya. 


Lebih lanjut, Rajendra menekankan pentingnya pengembangan diri. 


"Pengembangan diri menjadi penting karena dapat meningkatkan kepercayaan diri, mampu mengontrol emosi, melahirkan peluang baru, dan meningkatkan kualitas hidup," pungkasnya.


*Reporter: Dwi Endang Setyorini*

*Editor: Ayu Reza Wulandari*

Minggu, 27 April 2025

*FORMAKIP UIN Walisongo Gelar Kegiatan MAKAPURI KIP-K 2024, Bentuk Silaturahmi Sesama Anggota*


Potret bersama pemateri, pengurus pusat, dan peserta dalam acara MAKAPURI KIP-K 2024 oleh FORMAKIP Walisongo di Lembah Nirwana, Nambangan, Gondang, Limbangan, Kabupaten Kendal, Sabtu - Minggu (26-27/4/2025). (Dok. Khusus).


formakipwalisongo.org - Forum Mahasiswa KIP-K (FORMAKIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menggelar kegiatan Malam Keakraban Penuh Cerita dan Silaturahmi (MAKAPURI) KIP-K 2024 yang berlangsung di Lembah Nirwana, Nambangan, Gondang, Limbangan, Kabupaten Kendal, Sabtu - Minggu (26-27/4/2025).

Mengusung tema "Melangkah Bersama, Ciptakan Cerita, Wujudkan Asa Bersama Nawasharma KIP-K 2024", Ketua Umum FORMAKIP Walisongo, Imam Syafi'i mengatakan bahwa peserta MAKAPURI kali ini menjadi peserta terbanyak dari tahun-tahun sebelumnya. 

"Alhamdulillah, suatu pencapaian yang luar biasa peserta MAKAPURI tahun ini mencapai kisaran 170 orang," katanya.

Imam juga menambahkan melalui acara MAKAPURI dapat menjadi motivasi bagi anggota KIP-K 2024 untuk mempererat silaturahmi.

"Harapan dengan adanya kegiatan ini tidak hanya sebagai malam keakraban saja, tetapi bisa menjadi ajang untuk saling mengenal antar anggota," tambahnya.

Salah satu anggota KIP-K 2024, mahasiswa Program Studi (Prodi) Perbankan Syariah, Sintya Ayu Ramadhani merasa senang dapat mengikuti MAKAPURI.

"Senang bisa mengikuti kegiatan ini karena dapat mengenal anggota-anggota KIP-K Angkatan 2024 yang belum saya kenal," ujarnya.

Terakhir, Sintya berharap peserta MAKAPURI di tahun yang akan datang bisa lebih banyak.

"Saya berharap untuk MAKAPURI tahun depan peserta nya melebihi dari tahun ini," tutupnya.


*Reporter: Siti Nurjannah*

*Editor: Ayu Reza Wulandari*

Senin, 21 April 2025

Sosok Muliaku

 


Sumber : Pixabay.com


Dalam gelombang badai

Aku tak tahu kemana harus berlari

Menyusuri jalan,

dengan pandangan penuh kebingungan

Aku tak tahu…

Ke mana harus bersandar

Dari guncangan angin yang tak kunjung pudar

Tapi, kini telah ku temukan

Sosok mulia yang ku rindukan

Yang penuh kasih….

Yang penuh cinta…

Yang tak pernah mengharap balas jasa


Suatu saat aku bertanya

Apa yang kau inginkan?

Apa yang kamu angankan, jika aku besar nanti?

Ia menjawab

Aku tak butuh seonggok emas

Tak butuh segunung lembaran uang

Tak butuh pakaian mewah

Tak butuh pula rumah yang megah

Tapi, yang ku butuhkan adalah, kasih dan cinta sejati,

 yang tulus

 yang abadi

 yang setia menemani sampai aku mati

Dari anak-anakku

Sosok muliaku, Dialah ibu


Penulis : Tiara Maharani

Editor : Dwi Endang  



Selasa, 15 April 2025

RUANG NESTAPA


Sumber : Pixabay. com


Dalam keheningan malam yang kelam

Bertemankan cahaya temaram

Di sudut sunyi, berbisik sepi

Dinding-dinding berlumur rasa

Bulan enggan bersinar 

Cahaya bintang-bintang tak lagi menyapa ramah

Ruang ini, ruang kenangan 

Menyimpan derai air mata luka

Detik jam terdengar begitu mencekam

Menampung lara dan harapan yang sirna

Di sini, jiwa-jiwa terkurung hampir mati

Mencari arti dibalik nestapa 

Namun, ada secercah cahaya 

Setitik tinta yang berkemas harapan tersisa

Di ruang nestapa ini

Kita belajar memeluk dan mencintai luka


Penulis : Dea Vebiola 

Editor : Dwi Endang

Selasa, 01 April 2025

#KaburAja Dulu: Ketika Hal Buruk Terjadi dan Harapan Mulai Pudar


Sumber : Pixabay.com

Fenomena "Kabur Aja Dulu" belakangan ini ramai diperbincangkan di media sosial, khususnya di X (Twitter). Seruan #KaburAjaDulu menjadi simbol kekecewaan, kemarahan, dan protes masyarakat terhadap kondisi dalam negeri yang dianggap semakin tidak menentu. Tren ini mencerminkan keinginan sebagian masyarakat, khususnya generasi milenial dan Gen Z, untuk meninggalkan Indonesia demi mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri, baik melalui studi maupun pekerjaan.

Fenomena ini muncul sebagai respons terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada rakyat. Kekecewaan terhadap kinerja pemerintah, tindakan aparat, serta penyimpangan kekuasaan semakin memperkuat dorongan untuk mencari peluang di luar negeri. Isu-isu seperti ketidakpastian karier, sulitnya mendapatkan pekerjaan, serta transparansi penggunaan pajak yang dipertanyakan turut memperkuat rasa frustrasi masyarakat. Mereka merasa bahwa keadaan di dalam negeri semakin sulit akibat korupsi, pungli, serta dominasi kepentingan kelompok tertentu dalam pemerintahan.

Tagar ini digunakan untuk menyoroti berbagai permasalahan dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto-Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, seperti Sejumlah tuntutan dalam aksi ini ialah efisiensi Kabinet Merah Putih secara struktural dan teknis; mendesak Prabowo keluarkan Perpuu Perampasan Aset; tolak revisi UU TNI, Polri, Kejaksaan; evaluasi total pelaksanaan Makan Bergizi Gratis; pendidikan gratis; tolak revisi UU Minerba; hapus dwifungsi militer di sektor; reformasi Polri; tolak revisi peraturan tata tertib DPR; hingga realisasi anggaran tukin dosen.

Namun, viralnya #KaburAjaDulu menimbulkan reaksi beragam di masyarakat. Sebagian mendukungnya sebagai bentuk ekspresi ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi, politik, dan sosial yang memburuk. Bagi mereka, tren ini bukan sekadar lelucon, melainkan refleksi atas permasalahan mendasar yang perlu segera diatasi. Namun, ada juga yang mengkritik tren ini dengan menyebut bahwa memilih "kabur" menunjukkan kurangnya jiwa nasionalisme.

Penting untuk dicatat bahwa memilih untuk tinggal atau bekerja di luar negeri tidak serta-merta mencerminkan kurangnya nasionalisme. Seseorang tetap bisa berkontribusi pada negara asalnya meskipun berada di luar negeri, misalnya melalui remitansi, promosi budaya, transfer ilmu, dan membangun jaringan internasional. Keputusan untuk bermigrasi sering kali didorong oleh kebutuhan ekonomi, pendidikan, atau pengembangan karier yang lebih baik. Di era globalisasi, nasionalisme bukan hanya soal lokasi fisik, tetapi juga komitmen emosional dan intelektual terhadap negara. Justru, banyak warga negara Indonesia di luar negeri yang tetap berperan dalam memperkenalkan Indonesia di mata dunia serta memberikan sumbangsih ekonomi melalui devisa negara.

Nasionalisme di era globalisasi dapat didefinisikan sebagai cinta tanah air yang tetap relevan meskipun terjadi interaksi antarnegara. Dalam konteks ini, nasionalisme tidak hanya berarti kesetiaan kepada negara, tetapi juga mencakup pemahaman akan nilai-nilai dan kepentingan nasional dalam tatanan global. Tinggal di dalam negeri bukanlah satu-satunya ukuran nasionalisme. Berkontribusi dalam bentuk investasi, advokasi sosial, atau bahkan mempromosikan budaya di luar negeri juga merupakan bentuk kecintaan terhadap tanah air.

Viralnya #KaburAjaDulu memang dapat dikaitkan dengan meningkatnya kekecewaan generasi muda terhadap situasi dalam negeri. Namun, ini tidak selalu berarti menurunnya rasa nasionalisme. Generasi muda saat ini mungkin mengekspresikan nasionalisme dengan cara yang berbeda, lebih berorientasi pada kontribusi global dan kolaborasi internasional. Jadi, fenomena ini seharusnya menjadi refleksi bagi pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk menciptakan kondisi yang lebih baik agar generasi muda tidak lagi merasa perlu "kabur" untuk mencari kehidupan yang lebih layak di luar negeri.

Referensi: 

https://www.kompas.com/tren/read/2025/02/18/083000865/awal-mula-tren-tagar-kabur-aja-dulu-ramai-digunakan-mengapa-?page=all 

https://www.liputan6.com/health/read/5922002/seruan-kabur-aja-dulu-viral-bentuk-protes-anak-muda-yang-merasa-tak-punya-kuasa



Penulis: Lekha Sonia, Anisa Nurul Asanah

Editor: Prima Nurindah Sari

Sabtu, 29 Maret 2025

Terseret Arus Mimpi


Sumber : Pixabay.com

Mimpimu basi! 

Kau hanya pandai berangan-angan

Tidur lagi saja! 

Barangkali mimpimu kan terwujud

Mengingat kau tiada usaha untuk melangkah

Namun saat arus datang menerjang kau limbung di lautan ragu

Terseret gelombang pencarian diri

Tak tahu ke mana harus berlabuh

Menyerah sebelum berlayar


Lalu menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi

Tiada malu kau sungguh

Berkicau paling keras seolah paling tersakiti


Penulis : Iklia Abdiyatus Sholihah

Editor : Dwi Endang

Senin, 24 Maret 2025

Pencipta

 

Sumber : Pixabay.com


Bentangan takdir

Lautan mimpi

Dan berjuta makhluk bumi

Tiada yang luput

Dari belaian-Mu

Sang pencipta

Sang pencipta

Bila mana jalan ini yang memang

Engkau khususkan

Kuatkanlah makhluk ini!

Tiada teman

Tiada siapapun yang mendengar

Hanya engkau

Dan kepada engkau

Semuanya ku utarakan


Penulis : Aghistna Roudlotus Shifa

Editor : Dwi Endang





Jumat, 21 Maret 2025

Membangun Kesadaran Etika Digital dalam Masyarakat Modern


Sumber : Pixabay.com


Era digital membawa perubahan paradigma dalam interaksi manusia dengan teknologi dan informasi. Perkembangan teknologi yang begitu masif telah berevolusi dan mengubah sebagian besar aspek kehidupan masyarakat. Adanya teknologi tentu dapat mempermudah kita dalam mengakses informasi, tetapi di sisi lain teknologi juga memiliki dampak negatif yang perlu diwaspadai. Oleh karena itu, implikasi etika dalam penggunaan teknologi menjadi semakin penting dan perlu diperhatikan oleh masyarakat sebagai pelaku digital. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Selain itu, etika dalam konteks digitalisasi teknologi. Siberkreasi & Deloitte (2020) mendefinisikan sebagai kemampuan dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari- hari.

 Etika digital  semakin penting seiring meningkatnya  jumlah pengguna media internet atau warganet. Menurut Amanda (2021) menyebutkan bahwa jumlah warganet di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil survei penetrasi internet Indonesia 2024 yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (AJPII), tingkat penetrasi internet Indonesia telah mencapai 79,5%. . Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 1,4%. Dari data tersebut 79,5% penduduk Indonesia adalah pengguna internet aktif. APJII juga mencatat bahwa lebih dari separuh pengguna internet di Indonesia berada di Pulau Jawa yakni sebesar 56,4 %, diikuti Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, serta Maluku dan Papua. Selain itu,  95,4% pengguna internet di Indonesia menggunakan telepon pintar (smartphone) untuk mengakses internet.

Berdasarkan generasi pengguna internet di Indonesia, komposisinya adalah sebagi berikut:

Gen X (kelahiran 1965-1980) sebanyak 18,98%, 

Post Gen Z (kelahiran kurang dari 2023) sebanyak 9,17%, 

Baby boomers (kelahiran 1946-1964) sebanyak 6,58% 

Pre boomer (kelahiran 1945 sebanyak 0,24%. 

Berdasarkan wilayahnya tingkat penetrasi pengguna internet masih didominasi oleh daerah Urban 69,5% dan daerah rural kontribusi 30,5%.

Mengapa Etika Digital Penting untuk kita ? 

Saat ini, pelajar termasuk dalam kategori Generasi  Z (Gen Z) dan Post gen Z atau disebut Generasi Alpha.  Mereka terbiasa menggunakan teknologi digital sejak usia muda dan nyaman menggunakan internet maupun media sosial. Selain itu, kondisi seperti pandemi beberapa waktu lalu membuat generasi alpha sangat dekat dengan gadget karena sistem pembelajaran jarak jauh yang mengandalkan teknologi

Hal ini menjadi  dasar  pentingnya penerapan etika digital. Sesuai dengan Profil Pancasila, mereka diharapkan mempunyai kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Artinya mampu memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif untuk menghasilkan gagasan dan karya. Oleh karena itu , etika dalam menggunakan platform digital sangatlah penting, karena karakter seseoarang dapat terbentuk melalui dunia digital. 

Dengan menerapkan etika digital sesuai nialai-niali Pancasila, pelajar Indonesia dapat mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitas, serta tetap berpikiran terbuka saat berinteraksi dengan budaya lain. Hal ini akan menumbuhkan rasa rasa saling menghargai dan membentuk budaya luhur.  

Bagaimana Beretika dalam Teknologi? 

1. Etika dalam Penggunaan Data dan Sumber Daya

Data adalah aset penting dalam dunia bisnis, terutama dalam stategi pemasaran. Namun, penggunaanya harus mengedepankan prinsip etika untuk memastikan keamanan data serta menghindari penyalahgunaan informasi 

2. Adopsi Teknologi yang Bertanggung Jawab

Pengembangan inovasi baru dalam teknologi merupakan langkah strategis dalam persaingan digital. Namun, sebelum diimplementasikan, teknologi baru harus dipastikan telah mengadopsi prinsip etika agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.  

3. Menciptakan Budaya Tanggung Jawab

semua pelaku digital harus memiliki pemahaman yang baik tentang etika teknologi, regulasi,  serta dampak sosialnya. Dengan demikian, Kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap penggunaan teknologi dapat tumbuh dengan baik.

Menerapkan etika digital adalah tanggung jawab semua pihak. Sebagai pelaku digital di era digitalisasi, kita harus lebih bijaksana dalam menggunakan teknologi.  Kita tidak boleh mudah percaya pada berita atau informasi yang belum tervalidasi kebenarannya. Dengan demikian, teknologi dapat dimanfaatkan secara maksimal, sekaligus membuka potensi besar bagi masa depan yang lebih efisien dan bertanggung jawab.

Senin, 17 Maret 2025

Biru Kelabu


Sumber : Pixabay.com


Dalam bisu dingin dan rapuh

Ku lihat bayangku mulai semu 

Suara tak kasat mata menyorak kedatangan ku

Dering panggilan memanggil ku 

Tubuh ku rapuh nan abu-abu

Beri minum aku jika esok ku tak lagi ada

Bantu ibuku mengemas kejayaanku

Dan benamkan aku dengan warna-warna ku

Ingat aku dalam doa-doamu

Meski aku tumbang dan terbuang dalam kutukan


Penulis : Mahardika Putra Pratama 

Editor : Dwi Endang

Sabtu, 15 Maret 2025

Rindu di Kota Asing




Sumber : Pixabay.com


Kota ini, bak lautan luas

Dan aku berlayar  sendirian

Melawan ragu dan  diambang ketakutan

Perasaan ragu mulai ku pendam sendirian 


Kesepian membuatku merangkak tanpa tau arah tujuan

Dan Berani kata yang selalu kusematkan dalam pikiran 


Ayah......Ibu......aku rindu.....

Rindu......akan pelukan hangatmu


Sulit rasanya, mengarungi arus kedewasaan 

Tanpa adanya tuntunan dan pegangan

Namun, setiap kerikil tajam yang kuhadapi

Membuat mentalku jauh lebih tangguh


Doa-Doa yang Kau langitkan menyertai setiap langkahku 

Ayah...ibu...aku sudah sekuat ini

Terimakasih atas cinta dan kepercayaanmu

Membuatku lebih berani untuk melangkah maju


Penulis : Nailul Muna

Editor : Okti

Rabu, 12 Maret 2025

Retak sebelum Berdetak

Sumber: iStock.lphoto



Sepasang suami istri tengah duduk di meja makan menyantap sarapan masingmasing.


"Saya harus pergi," ucap Daniel seraya beranjak berdiri.

"Loh, Mas, kamu baru makan sedikit nasi gorengnya. Tidak mau dihabiskan

terlebih dulu?" sanggah istrinya yang bernama Qalesya Atmajaya. 


Pernikahannya digelar seminggu yang lalu. Mereka menikah atas dasar perjodohan

kedua orang tuanya.


Qalesya ikut berdiri lalu melangkah mengikuti Daniel dari belakang. Ia berniat mengantarkan suaminya ke pintu depan.


"Eh, Mas, sebentar," ucapannya itu membuat langkah Daniel terhenti.

"Dasinya biar—" belum selesai Qalesya meneruskan perkataannya.


"Tidak perlu, saya bisa sendiri." Daniel memotong ucapan istrinya dengan

menipis tangannya yang akan memaut kain sutra berbentuk pita itu. 


"Hati-hati, ya, Mas" ujar Qalesya sebelum suaminya masuk ke dalam mobil.


Saat mobil Daniel melaju, ia melambaikan tangannya sembari tersenyum hingga kendaraan beroda empat tersebut tidak terlihat. 


Bibir Qalesya yang semula melengkung kembali terkatup rapat. Pikirnya tertarik

mundur pada waktu dasi suaminya yang sedikit miring.

Padahal ia hanya berniat

untuk merapikannya, tidak lebih.


Namun, ia justru mendapatkan sebuah penolakan

yang membuatnya harus menelan rasa kecewa untuk kesekian kalinya. 


Siang harinya, Qalesya sudah bersiap hendak mengunjungi kantor suaminya. 


Karena tidak ingin mempermalukan Daniel, ia pun harus memoles wajahnya yang

biasanya terlihat bersih alami agar menjadi sedikit mencolok.


Tak lupa, ia juga

menenteng rantang yang berisikan nasi dan lauk-pauk untuk makan siang Daniel. 


"Mas Daniel pasti senang aku buatin makanan kesukaannya" lirih Qalesya yang sudah berada di lobi kantornya Daniel. Ia mengangkat rantang dan menatap mata

Daniel beberapa saat lantas melangkah masuk. 


"Ngapain kamu ke sini?" Daniel menodong pertanyaan ketika melihat Qalesya

sedang menutup pintu ruangannya. 


"Tadi pagi, Mas sarapannya cuma sedikit. Aku khawatir asam lambung Mas

kambuh lagi. Karena itu, aku ke sini buat mengecek keadaan Mas sekalian aku

bawain makan siang" jawabnya. 


Ternyata tidak sesuai ekspektasi Qalesya. Bayangan Qalesya suaminya terlihat

sangat senang, ternyata sebaliknya. Suaminya itu malah memberikan tatapan tajam. 


"Saya enggak butuh dikasihani!" balas Daniel.

Daniel menarik pergelangan tangan Qalesya lalu membawanya ke dalam kamar

yang dibuat khusus di ruang kerjanya untuk ia beristirahat.


Qalesya terduduk di

ranjang setelah Daniel merebut paksa rantang dan mendorongnya.


"Makanan macam apa ini? Kamu mau buat saya sakit perut dengan

menaburkan bumbu merah sebanyak ini?" nada bicara Daniel mulai naik.


"T-ta-tapi, itu, enggak pedas kok Mas. Aku bisa menjaminnya." jawab Qalesya

terbata-bata.


"Sampah!"


Daniel menjatuhkan rantangnya dengan sengaja hingga menimbulkan suara

khas benda logam yang cukup keras dan membuat isinya menjadi hancur berantakan.


"Ingat baik-baik, saya tidak sudi dan tidak akan pernah cinta sama kamu. Jadi,

stop bersikap sok manis di depan saya. Sekarang juga pergi kamu dari sini!"


Di rumah, usai diusir oleh suaminya dari perusahaan, Qalesya termenung

seorang diri. Ia memikirkan tentang masa depan rumah tangganya dengan Daniel

akan seperti apa nantinya. 


Jika dalam ikatan yang baru berjalan selama seminggu

saja sudah diambang kehancuran, bagaimana nanti?


Apakah ia akan sanggup

mempertahankannya?

Qalesya menggeleng. 


"Tidak! Jangan mikir aneh-aneh! Aku dan Mas Daniel pasti baik-baik saja. Kita

hanya perlu sedikit waktu lebih lama lagi agar kita bisa saling mengenal dan

memahami."


"Kalau Mas Daniel pulang, aku akan meminta maaf perihal kejadian di kantor

tadi. Sepertinya aku salah, karena sudah mengganggu waktu kerjanya, makannya dia

marah."


Lidah yang masih basah oleh ucapannya itu seketika membungkam. 


Mata Qalesya menatap tak percaya dua insan di hadapannya yang salah satunya adalah

Daniel. Ia bergandengan tangan dengan seorang wanita. 


"M-mas, s-siapa dia?" tanyanya.

Sekilas Daniel melirik Qalesya, tetapi ia tidak menjawab pertanyaan istrinya. 


Ia lebih memilih objek lain untuk menjadi titik pandangannya. Wanita di samping

Daniel tersenyum ramah sembari mengulurkan tangannya. 


"Hai, kenalin, aku Luna. Luna Maharani tepatnya. Pacar dan calon istrinya Mas

Daniel Alkatiri" ucapnya.

Daniel langsung memeluk pinggang Luna dari samping. 


Ketika menyaksikan pergerakan suaminya itu, jantung Qalesya seakan berhenti.


Napasnya tersekat di kerongkongan. Kedua bola matanya juga perlahan memanas. 


Namun, ia berusaha untuk tetap kuat. 


"Sayang, aku ganti baju dulu, ya," kata Daniel dengan membelai rambut Luna

yang lurus agak pirang. 


"Oke, Sayang. Aku tunggu di sini." jawab Luna.

Mereka lupa jika Qalesya masih berada di sana. 


Dengan hati dan perasaan yang terasa begitu menyesakkan ia memutar badannya. Kemudian berlalu meninggalkan

Luna dan Daniel yang masih bermesraan. 


Disela Daniel mengganti pakainya, Qalesya menonton televisi, sedangkan Luna

memainkan ponselnya. Tidak ada percakapan sama sekali sebelum Luna menangkat

suara. 


"Panas banget. Mbak tolong ambilin minum dong," pintanya kepada Qalesya.

Qalesya tertegun.


Pacar suaminya ini memang sangatlah menyebalkan. Jelas jelas ia tuan rumah di sini, malah diperlakukan selayaknya pembantu oleh Luna. 


Ingin rasanya ia mencabik-cabik mukanya yang tebal oleh riasan itu. 


"Mau air putih dingin atau air putih panas?" ucap Qalesya berusaha

mengendalikan emosinya agar tetap stabil.


Luna mengernyitkan kening.

"Terserah," jawabnya. 


Dengan berat hati Qalesya tetap menurutinya. 


Sesuai jawaban terserah Luna dan suasana hati yang buruk akibat kedatangannya,

Qalesya membawakan air putih panas ke hadapan pacarnya Daniel dan mengenai

baju Luna.


"Aduhh! Kamu gimana, sih? Baju aku jadi basah nih," protes Luna. 


"Panass!"

"Ups! Maaf, sengaja." Qalesya membekap mulutnya ketika Luna memberikan

tatapan sinis. 


"Ada apa ini?"

Daniel tiba-tiba datang mendengar rintihan.


"Qalesya siram aku, Mas," adu pacarnya.

Daniel menatap Qalesya penuh kemarahan. 


"Mas, aku bisa jelasin."ucap Qalesya membela.


Daniel berjalan mendekatinya lalu melayangkan tangan.

PLAK..!!!


Pipi kanan Qalesya berubah menjadi merah setelah terkena tamparan dari Daniel.


Ia segera meraba pipinya yang terasa sakit.

"Bisa-bisanya kamu nampar aku, Mas? Aku istri kamu. Istri sah kamu!. Ke mana

hati nuranimu!!!" teriak Qalesya kecewa.


"Kamu sudah keterlaluan menyiram Luna." Kata Daniel membela Luna.


Daniel meraih tangan Luna dan menyematkan jemarinya pada jemari Luna.


"Ayo, Sayang, kita pergi dari sini!"

Daniel berjalan keluar rumah bersama Luna. 


Qalesya berusaha mencegah suami tercintanya itu, tetapi Daniel justru

mendorongnya hingga tersungkur di lantai. 


"Mas! Mas Daniel!"

Keesokan harinya, Qalesya menggeliat usai terbangun dari tidurnya.


Semalaman ia menunggu Daniel pulang sampai tidak terasa bahwa dirinya ketiduran

di kursi ruang tamu. 


Betapa ia sangat mencemaskan keadaan suaminya. 


"Aku harus cari Mas Daniel!"

Setelah membersihkan diri, Qalesya pergi mencari keberadaan Daniel. 


Ia berjalan di atas trotoar menyusuri jalananan. Tak jauh dari sana pandangannya

menangkap siluet Daniel yang hendak menyebrangi jalan raya.


Merasa takut salah

sasaran, akhirnya ia maju dan menyipitkan bola matanya.


Ternyata benar perkiraannya. Daniel tak jauh dari pandangannya.


Dari radius seratus meter, Qalesya melihat ada sebuah mobil yang melaju

dengan kecepatan tinggi menghampiri Daniel. 


Tanpa pikir panjang, ia langsung berlari menyusul suaminya lantas mendorong tubuhnya sekuat tenaga.


Namun, saat ia akan menghindar mobil itu lebih dulu menyambarnya. Tubuhnya terpelanting hingga ke dekat pembatas jalan. 


Daniel yang merasa tubuhnya terdorong dari belakang pun segera berbalik. 


Betapa terkejutnya ia ketika melihat Qalesya sudah terbujur kaku bersimbah darah. 


"QALESYA!!!"



Penulis: Ummu Hafadzoh Az-Zahra

Editor: Ainur Rifqi
 

Senin, 10 Maret 2025

Nestapa dalam Diam




Sumber: Pixabay.com


Mereka bilang rumah adalah tempat yang hangat

Tapi mengapa dingin lebih sering menyambutku?


Lilin disudut ruangan itu masih menyala 

Tapi cahayanya tak jua menyapa

Aku disini, duduk bersila

Tapi jiwaku serasa mengembara


Ucapanmu melekat di dada

Seperti duri yang enggan sirna

Tak terlihat, tapi menyiksa

Tak bersuara, tapi membakar rasa


Kini hatiku tak lagi sama

Pikiranku pun berubah arah

Aku memilih diam tanpa kata

Bukan karena takut, hanya tak ingin ada luka


Namun, hati tak bisa berdusta

Luka ini nyata dan terasa

Bergemuruh di dalam hampa

Membakar sunyi di dalam dada


Dan kini, aku memilih nestapa

Menyimpan pilu dalam lara

Menahan perih yang menyiksa

Berpura seolah semua baik-baik saja


Biarlah pikiranku berkata

Bahwa kau mencintai dengan cara berbeda

Meski hatiku selalu bertanya

Benarkah itu... atau hanya dusta


Penulis : Mutiara Meisya 

Editor : Endang

Minggu, 09 Maret 2025

Aku Rindu

 

Sumber: Pixabay.com

Hari ini aku rindu

Benar-benar rindu

Dalam sunyi yang menggema,

Namamu lirih kusebut juga


Bukan soal lama kita bertatap, 

Atau seberapa sering bertukar kata

Di balik sempitnya waktu yang kita habiskan,  

Rindu ini datang, menikam dada

Membuatku seolah mati rasa


Diri ini kehilangan telapak kakimu,  

Juga peluk hangat tubuhmu 

Aku merindukanmu, sungguh

Aku mencintaimu... sangat

  

Memangnya aku bisa apa?  

Kita hanyalah hamba-Nya

Dan Dia, pemilik mu sebenarnya

Tempat segala cinta bermuara



Penulis: Lutfia Marisatul Ula

Editor: Kumala

Jumat, 07 Maret 2025

Negeri dalam Selubung Mimpi


Sumber : Pixabay.com


Matahari bangkit, tapi cahayanya terpenjara,

Terang redup, tercekik oleh kabut dusta,

Bayang-bayang merajalela, laksana tiran,

Menghisap ladang, menggerogoti tenaga keringat manusia.


Tanah subur, tapi milik siapa?

Petani membajak, tapi lumbungnya kosong,

Keringat mereka mengalir ke kota,

Menjadi sungai yang mengairi pundi-pundi asing,

Sementara perut mereka sendiri merintih,

Dililit oleh rantai yang tak terlihat.


Sekolah menjulang, atapnya megah,

Tapi ilmu dibelenggu, dibungkus dalam kotak mati,

Buku dibaca, tapi makna dibunuh,

Huruf-huruf berbaris, tapi tak pernah jadi senjata,

Hanya jadi hiasan di dinding-dinding kehampaan.


Pemimpin bicara, kata-katanya bersayap,

Janji-janji melayang, tapi tak pernah mendarat,

Rakyat bersorak, entah karena percaya,

Atau sekadar takut untuk bersuara,

Terpenjara dalam kebisuan yang dipaksakan.


Dan aku terjaga dalam sunyi yang gaduh,

Mimpi ini nyata, tapi semua berpura-pura,

Negeri ini terlelap dalam sandiwara,

Tak tahu kapan akan terbangun,

Ataukah akan terus terbuai dalam mimpi buruk yang tak berujung.



Penulis : Sofyan Hadi

Editor : Okti

Tuntun Aku, Tuhan


Sumber: Pixabay.com


Aku kehilangan arah untuk pulang,  

langit gelap, jalan pun bimbang

Sepi menggema dalam langkah sendirian,  

kemana harus kutitipkan harapan?  


Akankah aku mati tersesat,  

atau bertahan meski rapuh dan penat?  

Ataukah kudapati jalan yang terang,  

menuntunku pulang ke pelukan tenang?  


Tuhan, tuntun aku dalam gulita,  

aku takut, lelah, nyaris putus asa

Jika salah langkah adalah takdirku,  

jadikan ia jalan menuju ridho-Mu.  




Penulis: Lutfia Marisatul Ula

Editor: Kumala

Jumat, 21 Februari 2025

Resmi, Pengurus Formakip Walisongo 2025 Dilantik dalam Rapat Kerja

 

Pengurus Formakip Walisongo sedang dilantik oleh pimpinan Wakil Rektor 3, Sabtu (20/2/2025). (Dok.Khusus)

Semarang- Forum Mahasiswa KIP-K (FORMAKIP) UIN Walisongo Semarang resmi melaksanakan pelantikan pengurus baru periode 2025 yang dirangkaikan dengan rapat kerja. Acara ini diselenggarakan sebagai langkah awal dalam menyusun strategi dan program kerja organisasi untuk satu tahun ke depan yang berlangsung di Gedung Lantai 1 Kampus 1 UIN Walisongo Semarang. Kamis, (20/2/2025).

Ketua Umum FORMAKIP UIN Walisongo periode 2025, Imam Syafi'i, dalam sambutannya menyampaikan bahwa rapat kerja memiliki peran penting dalam menentukan arah kebijakan organisasi.

"Rapat kerja diadakan sebagai langkah awal dalam menyusun rencana strategis dan program kerja yang akan menjadi pedoman dalam menjalankan roda organisasi selama satu periode ke depan. Selain itu, rapat ini bertujuan memastikan setiap pengurus memahami tugas dan tanggung jawabnya agar organisasi dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuannya," ujar Imam.

Pelaksanaan pelantikan dan rapat kerja, tambah Imam, secara bersamaan bertujuan untuk memastikan seluruh pengurus baru segera memahami visi, misi, serta rencana kerja yang akan dijalankan. 

"Hal ini juga bertujuan untuk menumbuhkan semangat kebersamaan dan komitmen sejak awal masa kepengurusan," tambahnya.

Lebih lanjut, Imam menjelaskan bahwa program kerja yang telah disusun telah melalui proses diskusi dan musyawarah bersama seluruh pengurus. 

"Setiap bidang diberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan dan usulan, sehingga program yang dirancang dapat menjawab kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa penerima KIP-K," jelasnya.

Sementara itu, M. Miftahul Ikhsan, demisioner Ketua Umum FORMAKIP periode 2024 turut memberikan harapan kepada pengurus baru.

"Harapan saya kepada pengurus periode 2025 adalah agar dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan penuh dedikasi, profesionalisme, dan semangat kerja sama. Semoga pengurus periode ini dapat melanjutkan keberhasilan yang telah dicapai serta membawa inovasi dan kemajuan bagi organisasi, anggota, dan masyarakat luas," tuturnya.

Sebagai pesan penutup, ia juga menyampaikan doa dan motivasi bagi pengurus baru. 

"Selamat menjalankan amanah yang telah diberikan. Semoga Tuhan memberikan kemudahan, kekuatan, dan kebijaksanaan dalam setiap langkah yang diambil. Teruslah berkomitmen untuk menjaga integritas, mengedepankan kepentingan bersama, dan menjalin hubungan yang harmonis di antara seluruh anggota. Jangan ragu untuk mengatasi tantangan, karena setiap kesulitan pasti dapat dihadapi dengan kerja keras dan persatuan," pungkasnya.


Reporter: Kumala Nur Afiah

Tiga Forum KIP-K UIN Wujudkan Organisasi Visioner dan Solutif Lewat Studi Banding

  Purwokerto– Forum Mahasiswa KIP-K (FORMAKIP) UIN Walisongo Semarang, Asosiasi Mahasiswa Bidikmisi dan KIP-Kuliah (ADIKSI) UIN Prof. K.H. S...