Kamis, 21 Agustus 2025

Kita yang Tertinggal di Baris Ketiga

Sumber : Pixabay. com 


Tak ada yang kebetulan bahkan daun jatuh pun sudah ditakdirkan.

Seperti pertemuan dan perpisahan.

Pernah sedekat itu denganmu adalah takdir.

Dan kini seasing ini pun adalah takdir, semua sudah tertulis.

 

Tidak perlu dicari di mana letak kesalahan.

Hanya perlu membiasakan.

Waktu pasti akan memulihkan hati yang sakit.

Terima kasih, kata-kata semangatmu di saat aku rendah diri

Masih membekas dihati dan menjadi motivasi hingga kini.

 

Kritik dan saran yang pernah kau lontarkan masih tersimpan dipikiran.

Kau mengajarkan aku untuk tidak naif dan menganggap semua orang itu baik.

Kau mengajarkanku untuk berdiri di kaki sendiri, sebab apapun yang terjadi hanya diri

sendiri yang paling mengerti.

Aku bisa dengan mudah memulai, tetapi tak pandai mengakhiri.

 

Tak apa, jika saat ini kita tidak pernah lagi bertegur sapa.

Sekali lagi, aku yakin waktu akan memudarkan semua.

Setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya.

Itulah hukum alam dan mungkin, masa kita memang sudah selesai.


Penulis : Ummu Hafadzoh Az Zahra

Editor : Okti 

Minggu, 17 Agustus 2025

AKU TAK PUNYA PIALA

 



Aku tak punya piala

Hanya ada segenggam kecewa

Yang membekas Hingga tak bernyawa

 

Aku tahu hidup bukan perihal juara,

Ia lautan rahasia,

Yang terkadang menenggelamkan,

Terkadang pula mengajarkan uuntuk berenang

 

Jika kau hanya meratapi  kekecewaan

Hidup hanyalah lorong tanpa tujuan

Namun saat ku buka jendela syukur

Cahaya kecil menjelma pelipur

 

Hidup itu tidak selalu tentang  Bahagia

Tetapi cara  kita mengambil hikmah dari hidup

 

Penulis : Lutfia Marisatul Ula

Editor : Okti


Minggu, 10 Agustus 2025

Resensi Buku Animal Farm – George Orwell: Alegori Politik yang Tajam dan Abadi

 



Judul: Animal Farm
Penulis: George Orwell
Pertama Terbit: 1945
Tebal: 148 halaman
Penerbit: Bentang Pustaka (2016)
Genre: Alegori, Satire, Fabel, Sindiran Politik, Fiksi Distopia

Animal Farm adalah novel klasik yang menggabungkan kisah fabel sederhana dengan kritik sosial-politik yang tajam.

Sekilas Tentang Animal Farm

Novel Animal Farm karya George Orwell adalah salah satu karya sastra paling berpengaruh abad ke-20. Dengan latar sebuah peternakan, Orwell menghadirkan alegori politik yang terinspirasi dari Revolusi Rusia dan rezim totalitarian. Walau berbentuk kisah hewan, pesan novel ini relevan di berbagai zaman karena mengangkat isu kekuasaan, propaganda, dan korupsi moral.

Sinopsis Singkat Animal Farm

Cerita dimulai dengan pidato Mayor, seekor babi tua, yang memimpikan dunia tanpa penindasan manusia. Setelah ia meninggal, dua babi cerdas (Napoleon dan Snowball) memimpin pemberontakan melawan pemilik peternakan, Tuan Jones. Mereka mendirikan Peternakan Binatang dengan ideologi “Binatangisme” dan tujuh perintah utama, yang kemudian disederhanakan menjadi semboyan: “Yang berkaki empat baik, yang berkaki dua jahat.”

Namun, perebutan kekuasaan membuat Napoleon menyingkirkan Snowball. Dengan propaganda yang masif, Napoleon mengubah sejarah, menyebarkan ketakutan, dan menuduh Snowball sebagai biang segala masalah. Perlahan, kehidupan para hewan justru lebih sengsara dibanding saat diperintah manusia. Salah satu perintah utama pun diubah menjadi: “Semua hewan setara, tetapi beberapa hewan lebih setara daripada yang lain.”

Perubahan ini menjadi simbol kuat bagaimana kekuasaan absolut memutarbalikkan prinsip awal demi kepentingan segelintir elit.

Kelebihan Animal Farm

 

1. Alegori Politik yang Kuat dan Tajam : kritik tajam terhadap sejarah Revolusi Rusia

dan rezim totalitarianisme. Orwell berhasil menyisipkan simbolisme politik secara

cerdas dan halus, menjadikan novel ini relevan di berbagai zaman dan konteks

kekuasaan.

2. Karakter dan Simbolisme yang Bermakna : Setiap tokoh dalam novel memiliki fungsi

alegoris yang jelas. Napoleon sebagai Stalin, Snowball sebagai Trotsky, hingga Boxer

sebagai rakyat pekerja yang loyal namun tertindas, memberikan kedalaman makna

yang kuat.

3. Gaya Bahasa Padat dan Efektif : Orwell menggunakan gaya bahasa yang lugas namun

sarat makna. Kalimat-kalimatnya tidak bertele-tele, namun berhasil menyampaikan

kritik sosial dan politik dengan cara yang menggugah pikiran.

4. Struktur Cerita yang Konsisten : Alur maju yang terstruktur dalam sepuluh bab

membuat perkembangan konflik terasa logis dan menyakitkan sekaligus mulai dari

euforia revolusi, konflik internal, hingga pembusukan total idealisme awal.

5. Relevansi Sepanjang Masa : Meski terbit pertama kali pada tahun 1945, pesan Animal

Farm tetap relevan dalam membaca dinamika kekuasaan, propaganda, dan manipulasi

publik yang masih terjadi hingga kini.

    Namun, Dalam buku ini masih terdapat beberapa kesalahan ketik dan istilah asing yang mungkin membingungkan pembaca awam. Pembaca yang kurang memahami sejarah Revolusi Rusia juga mungkin melewatkan beberapa simbolisme penting.

        Animal Farm adalah novel pendek namun berdampak besar, memadukan kisah fabel dengan kritik politik yang tajam. George Orwell berhasil menunjukkan bagaimana revolusi yang lahir dari semangat kesetaraan bisa berubah menjadi rezim yang menindas. Bagi pencinta sastra, sejarah, maupun politik, Animal Farm adalah bacaan wajib yang relevan untuk semua generasi.

 

Penulis : Kuni Zahidah Afifah Billah

Editor : Okti 

Kamis, 31 Juli 2025

Hina dalam Cinta

 

Sumber : Pixabay.com




Engkau bagaikan nirmala
Sedang aku hanyalah abu di sudut tak bernama.

Aku mencintaimu diam-diam,
seperti bayang di balik tirai malam.

Tak pantas rasanya aku memimpikanmu jadi dayita,
sebab langkahku tak lagi suci dan penuh luka.

Tuan, bolehkah sekali saja
kutatap manik matamu yang tenang?

Agar kau tahu di benakku telah kusinggahi asmaraloka,
tempat namamu kusebut dalam doa paling rahasia.

Aku ikhlas,
walau cintaku lebam dan membiru.

Ampunilah aku, yang lancang mencintaimu

Cinta ini bak perjudian yang bertaruh dengan ketidakmungkinan

 

Penulis : Iga Oktaviona

Editor : Okti 


Jumat, 25 Juli 2025

Jejak yang Tak Sempat Kulihat

 

 

Sumber : Pixabay. com 

Di halaman masa kecilku,

ada bayang samar

yang tak pernah kutemui

tapi selalu kurindui.

 

Katanya,

ia pernah menatapku penuh cahaya,

lalu pergi

sebelum aku sempat berjalan ke arahnya.

 

Tak ada wajah yang utuh dalam ingatan,

hanya cerita

dan rasa yang tumbuh dalam diam.

 

Aku belajar kuat

dari kehilangan yang tak kupahami,

membawa ruang kosong itu

dengan kepala tegak.

 

Sebab cinta yang hilang

bukan berarti tiada

ia menjelma menjadi  cahaya

yang diam-diam menuntunku dari kejauhan.


Penulis : Nasywa Zaidatun Nadya

Editor : Okti 

Jumat, 18 Juli 2025

Arunika


Pixabay. com 


Arunika,

pelita cahaya pertama,

menjelma rindu yng lama tertahan,

menyimpan gelap dalam dekap malam,

menggenggam harap dalam sunyi yang diam.

 

Kau hadir,

lebut tanpa suara,

cukup menggugah jiwa yang lama hampa.

Langit jingga menyulam pagi,

dengan nada hangat penuh harmoni.

 

Arunika,

engkau adalah janji

bahwa setelah gelap,

terbitlah terang dengan berani.

Bahwa luka semalam

tak akan tinggal selamanya.

 

Andai aku malam yang beku,

engkau adalah fajar yang setia menunggu.

Dalam kedatanganmu yang sederhana,

kutemukan alasan untuk tetap percaya.

 

Penulis : Muhammad Alif Syarifudin


Kamis, 03 Juli 2025

Harapan di Balik Peluh

 


Sumber:  Pixabay. com 


Ingatkah kau?

Ayahmu memeras keringat pagi hingga malam

Ibumu rela menahan lapar demi beras cukup  sebulan

Keluhnya tak pernah terdengar

Asal anaknya bisa menduduki bangku kuliah

 

Alas kaki mereka lusuh,

Pakaiannya juga sama lusuhnya

Tapi mereka tetap tersenyum bahagia

ketika anaknya berkata: "Aku sudah jadi mahasiswa"

 

Namun waktu semakin bergulir pilu

Jadwal kuliah banyak terlewat

Buku-buku kian berdebu tak dieja

Dan prestasi tenggelam oleh rasa malasmu

 

Di kampung halaman ayahmu termenung diam

Di ladang ibumu menatap langit yang mulai senja

Mengetahui dirimu,

Mereka bertanya dalam doa:

"Masihkah anakku layak diperjuangkan?"

 

Mereka tak meminta balasan,

Yang diinginkan dirimu jadi harapan

Bukan beban dari impian mereka yang tertahan

Sejak muda mereka dikubur

dalam pengorbanan

 

Bangun dan ingatlah!

Kuliah bukan hanya sekadar hadir di kelas

Tapi menghargai siapa yang membiayaimu

Boleh lelah, tapi ada yang lebih lelah darimu

Semangat dan jangan kau redupkan harapan orang tuamu

 

Penulis : Syahrul Ariadi

Editor : Dwi Endang

Kamis, 26 Juni 2025

Bunga Mahal

Sumber: Pixabay.com


Ia merekah,

Jangan disentuh !

Memang Menggoda,

Tapi ia tengah tumbuh

 

Alam menumbuhkannya perlahan,

Seperti waktu yang tak mengenal buru,

Jangan kau rusak karena secercah nafsu yang kau miliki

 

Kau boleh memandangi bahkan mengaguminya,

Tapi jangan coba menggenggamnya,

sebab ia bukan untuk kau miliki,

meski hidupmu sering berdampingan.


Jika suatu saat ia layu, apakah kamu mampu?

aku tertawa, memilikinya  tak semudah itu



Penulis : Affandi Rahman Hakim 

Editor : Okti 

Minggu, 15 Juni 2025

Tiga Forum KIP-K UIN Wujudkan Organisasi Visioner dan Solutif Lewat Studi Banding

 



Purwokerto– Forum Mahasiswa KIP-K (FORMAKIP) UIN Walisongo Semarang, Asosiasi Mahasiswa Bidikmisi dan KIP-Kuliah (ADIKSI) UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (SAIZU) Purwokerto, dan Ikatan Mahasiswa Beasiswa & KIP-K (IKMAB-K) UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan menggelar kegiatan studi banding bertema “Berbagi Gagasan, Menginspirasi Tindakan: Studi Banding Menuju Organisasi Mahasiswa yang Visioner dan Solutif” di Hall Perpustakaan UIN SAIZU, Sabtu (15/6/2025), yang diikuti oleh 96 peserta dari ketiga forum.

Kegiatan ini bertujuan membangun sinergi antarorganisasi mahasiswa KIP-K serta menjadi wadah berbagi pengalaman dan gagasan dalam rangka menciptakan organisasi yang solutif dan berorientasi masa depan.

Ketua Umum ADIKSI, Akhmad Umam Khanani, dalam sambutannya menekankan pentingnya saling menyatukan kekuatan dan menyempurnakan kekurangan antar forum KIP-K.

“Setiap forum memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Maka dari itu, mari kita satukan agar bisa saling menyempurnakan,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Ketua Umum IKMAB-K, M. Islakhul Aula, yang menegaskan bahwa studi banding bukan ajang pembuktian, melainkan sarana berkembang bersama.

“Studi banding ini bukan untuk menunjukkan siapa yang lebih unggul, tetapi agar kita bisa berkembang bersama,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua FORMAKIP Walisongo, Imam Syafi’i berharap forum ini bisa terus eksis dan menjadi ruang pengembangan diri bagi mahasiswa penerima KIP-K.

“Harapannya organisasi ini tidak hanya eksis saat ini, tetapi juga ke depannya harus menjadi ruang pengembangan bakat dan pelatihan yang sesungguhnya bagi mahasiswa KIP-K,” katanya.

Pembina ADIKSI, Chafid Diyanto, turut mengingatkan pentingnya memanfaatkan momen ini untuk memperluas relasi dan merasakan atmosfer kampus lain.

“Manfaatkan kegiatan ini sebagai kesempatan memperluas relasi dan wawasan. Jika memungkinkan, sempatkan berkunjung ke kampus lain agar menambah energi, motivasi, dan kepercayaan diri,” pesannya.

Kegiatan studi banding ini juga diisi dengan pemaparan program kerja dari masing-masing forum serta Focus Group Discussion (FGD) untuk setiap departemen. Melalui kegiatan ini, diharapkan terjalin kolaborasi yang lebih erat antarforum mahasiswa KIP-K dan tercipta organisasi yang progresif serta berdampak nyata.



Penulis :Dwi Endang Setyorini


Jumat, 13 Juni 2025

Lolongan Tak Terdengar


Sumber : Pixabay.com


Jeritan suara yang tak terdengar 

Beribu kata yang tak kunjung terungkapkan

Terpendam jauh di dalam sanubari

Ingin sekali dunia mendengarkannya 


Lelah sendiri memendam ini semua

Bukan hanya raga tapi jiwa juga sama lelahnya 

Tak satupun dari mereka bertanya 

Apakah kamu baik-baik saja ?


Ingin ku akhiri perjalanan yang panjang ini 

Ingin ku hentikan waktu yang berjalan ini 

Sampai kapan ku harus menahannya ?

Sampai kapan lagi harus memendamnya ?


Bahkan waktu tak mampu jawab pertanyaan itu 

Mungkin ini sudah jalannya harus aku lalui 

Mungkin ini suara suratan takdir yang harus aku jalani 

Dan berharap semua indah suatu saat nanti



Penulis : Kharisma Wahyu Kurniawati

Editor : Dwi Endang 

Jumat, 06 Juni 2025

Aku adalah rakyat


Sumber: Pixabay.com


Aku adalah rakyat,

Rakyat disebuah negeri demokrasi gema ripah loh jinawi

Rakyat disebuah negeri dengan enam agama resmi,

Tapi terbiasa mendengar caci maki.

Rakyat disebuah negeri yang pejabatnya lumrah masuk jeruji besi.


Aku adalah rakyat,

Yang selalu jadi konsumsi elit negeri.

Yang selalu dimanja tiap lima tahun sekali..

Yang jadi tameng atas keegoisan penguasa dan oposisi.


Aku adalah rakyat,

Yang kadang berpikir mengapa beda warna harus memaki?

Yang kadang tersenyum melihat pejabat negara keluar masuk bui.

Yang kadang merintih melihat korupsi jadi teman minum kopi.


Aku adalah rakyat,

Rakyat biasa yang terombang egoisnya penguasa.

Rakyat biasa yang selalu menjadi dalil ambisi mereka.

Rakyat biasa yang selalu menelan janji manis mereka.


Aku adalah rakyat,

Rakyat yang rindu akan sopan santun warisan budaya.

Rakyat yang rindu senyum sapa ala indonesia.

Rakyat yang rindu akan pejabat yang sadar dirinya siapa.


Aku adalah rakyat,

Tapi rakyatnya siapa?



Penulis : Muhammad Arif Fadlian Syah

Editor : Okti

Kamis, 29 Mei 2025

Bisikan Ranting


Sumber : Pixabay.com


Bersandar pada hitam kelam yang asing

Menyaksikan senyap begitu lahap menyantap bising

Hangat tewas mengerikan dihunjam angin

Sungai-sungai nadi membeku diterkam dingin


Teka-teki macam apa ini?

Seolah nafas tak pernah diizinkan damai

Ketika misteri dengan pongah mengajak takdir berjudi

Seperti air pada lembaran keladi, tujuannya hanya bertahan diri


Siapa yang bertanggung jawab saat hati menjadi kerontang?

Juga jiwa-jiwa yang terus diteror kematian

Hingga rasa takut lebih dulu merampas nyawa

Lantas ketika jiwa mati apa lagi guna raga?


Setelah lidah kelu seakan hati turut membisu

Benarkah harus berakhir demikian, Tuhan?

Perlu menunggu berapa kali lagi bumi berputar

Sekadar membuktikan bahwa rintihku kaudengarkan


Penulis : Nijam Alfatul Khasna

Editor : Okti 

Jumat, 23 Mei 2025

RESENSI NOVEL "LAUT BERCERITA"

 


Sumber : Gramedia.com

Judul buku : Laut Bercerita

Pengarang : Leila S. Chudori

Penerbit : Kepustakaan populer gramedia

Cetakan : ke-77 Juni 2024

Tebal buku : 377 halaman

ISBN : 978-604-424-694-5

Laut bercerita adalah novel karya penulis asal Indonesia bernama Leila S. Chudori. Ia juga merupakan seorang wartawan di majalah Tempo. Novel cetakan ke-77 ini pada bulan juni 2024. Dengan tema persahabatan, percintaan, kekeluargaan, penghianatan dan rasa kehilangan. Dengan berlatarkan waktu di tahun 1990 - 2000, novel ini mampu menghipnotis para pembacanya untuk menerobos ruang masa lalu dan kembali melihat peristiwa yang terjadi di tahun itu sendiri.

Laut dan sahabatnya terus memperjuangkan keadilan meskipun nyawa mereka dibayangi oleh penghilangan secara paksa atau tembak di tempat. Mereka diculik, dikurung, disiksa, dan diinterogasi, tanpa pernah tahu dimana mereka berada saat menjalani momen tragis itu. Penyiksaan mereka akan berakhir dengan dibuang tanpa tersisa atau dipulangkan apabila mereka beruntung. Asmara Jati, adik perempuan Laut, melacak jejak kakaknya yang hilang. Ketidakadilan tersebut menimbulkan trauma yang amat dalam. Tidak hanya bagi mereka yang dihilangkan dan selamat, tetapi juga bagi keluarga korban. Buku ini adalah perwujudan dalam bentuk fiksi bahwa kita sebagai bangsa Indonesia tidak boleh melupakan sejarah yang membentuk sekaligus menjadi tumpuan bangsa ini.

Buku ini berisikan kekejaman dan kebengisan yang dirasakan oleh kelompok aktivis mahasiswa di masa Orde Baru. Leila Salikha Chudori seakan-akan berusaha membawa para pembacanya untuk ikut merasakan era-era reformasi di tahun 1998 yang penuh dengan kepahitan dan kekejaman bagi para pembela rakyat. Tidak hanya membawa pembacanya pada pasang surut emosi, buku ini juga berisikan pengetahuan tentang keadilan sosial, prinsip demokrasi, dan sejarah pergerakan untuk mendukung Orde Baru. Oleh karena itu, selain berisikan pembelajaran hidup yang megah, buku ini juga memberikan pengetahuan mengenai sejarah kelam yang pernah dilewati bangsa ini. Novel ini adalah perwujudan dalam bentuk fiksi bahwa kita sebagai bangsa Indonesia tidak boleh melupakan sejarah yang membentuk sekaligus menjadi tumpuan bangsa ini. Generasi muda juga perlu melatih diri dan melatih diri untuk memikirkan secara kritis mengenai kebijakan pemerintah untuk mengatur pemerintahan serta kehidupan warga negara. Oleh karena itu, demokrasi dimaknai tidak hanya penting dan berlaku untuk negara saja sebagai suatu sistem. Demokrasi juga harus menjamin kebebasan dan hak kita sebagai manusia yang berdaulat dan sebagai warga negara, agar dapat ikut berpartisipasi dalam proses kebijakan, serta bebas untuk mencapai cita-cita kita, dengan jaminan HAM dan kebebasan, serta penegakan hukum.

Keunggulan dalam sebuah karya novel, tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi si penulis. Hal itu membuktikan bahwa dalam karya tulisnya, ada sesuatu yang ‘tidak biasa’ di mata para pembaca. Leila S. Chudori selaku penulis novel Laut Bercerita telah berhasil menetapkan tema dalam novel ini. Tema yang diusungnya mengenai kemanusiaan pada era Orde Baru yang mana sepantasnya novel ini memperoleh predikat sebagai novel dengan genre historical fiction terbaik.

Visualisasi karakter dan suasana dalam novel ini tampak sungguhan alias nyata. Terlebih, bagian di mana Laut beserta teman-temannya disiksa dan diperlakukan tidak manusiawi. Lalu, hal yang terpenting adalah novel ini berdasarkan kisah nyata pengalaman dari para aktivis yang sempat hilang dan diculik pada Maret tahun 1998 lalu, kemudian 9 berhasil kembali dan 13 lainnya dinyatakan hilang. Lalu, novel Laut Bercerita bersifat edukatif. Hal itu dibuktikan bahwa di dalamnya memuat pengetahuan sejarah rezim Orde Baru, sejarah pergerakan dalam menegakkan keadilan sosial, dan asas demokrasi. Dengan begitu, setelah selesai membaca novel ini, ada banyak pengetahuan mengenai sejarah yang akan kalian dapatkan.

Tidak hanya keunggulan, novel ini juga mempunyain kelemahan. Kelemahan tersebut berupa alur campuran atau maju mundur. Sehingga, para pembaca yang belum terbiasa dengan alur tersebut, akan cenderung kesulitan atau bingung. Hal itu karena dibutuhkannya sikap fokus dan pemahaman secara saksama supaya dapat mengikuti alur cerita dengan baik. Adanya sudut pandang tokoh berbeda dalam satu cerita. Akan tetapi lebih baik jika cerita tersebut dijadikan dua buku dengan judul yang berbeda. Kisah dari sudut pandang Asmara berjalan lambat dan dapat diprediksi. Dan cover novel ini pun kurang menarik sehingga membuat pembaca bingung cerita tentang novel ini jika hanya melihat covernya. Novel laut bercerita memiliki ending yang menggantung sehingga membuat penasaran pembaca tentang kelanjutan kisahnya.

Selain itu, di balik suksesnya sebuah novel, tentu ada pesan yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Dalam novel ini, salah satunya adalah cara agar seorang manusia dapat memanusiakan manusia dari segala aspek. Tak hanya itu, novel Laut Bercerita dapat menjadi bahan teguran untuk negeri ini bahwa masih ada hal yang belum terselesaikan. Mereka, para aktivis atau orang-orang yang sengaja dihilangkan, layak untuk memperoleh dan mendapatkan bentuk keadilan. Novel ini juga ditulis dengan riset yang mendalam. Setiap karakternya diceritakan dengan sangat baik dan secara harmonis membuat karakter melalui detail kecilnya terasa begitu nyata. Penuturan dan penulisan diksi yang mudah dimengerti, membuat pembaca dapat masuk ke dalam cerita dan seolah-olah menyaksikan setiap kejadian di depan mata.

Adapun cerita yang dihidangkan pun mengandung sedikit teka-teki, hal itu yang membuat para pembaca menjadi semakin penasaran akan akhir dari cerita novel ini. Pilihan kata dan penggunaan bahasa terbilang mudah dipahami sebab tak adanya istilah atau ungkapan asing yang menjadikan para pembaca sukar memahami isi cerita. Menariknya, novel ini berhasil digarap ke dalam bentuk film pendek yang berdurasi kurang lebih 30 menit dan disutradarai oleh Pritagita Arianegara. Selain hal-hal di atas, tentu masih ada banyak amanat yang dapat kalian ambil dalam novel ini. Maka dari itu, buku Laut Bercerita sangat direkomendasikan dan sangat layak untuk dibaca. Kisah yang dialami oleh tokoh Laut dan rekan-rekannya yang hilang di rezim Orde Baru pun tidak akan habis termakan waktu. Sebab memang kenyataan hal itu terjadi di negeri ini, bahkan hilangnya beberapa aktivis di masa 1998 tidak ada titik temu hingga saat ini.

Novel fiksi terkait sejarah Indonesia ini, secara implisit menyadarkan kita agar jangan sekali-sekali melupakan sejarah kelam di negeri ini. Dengan sistem demokrasi, seharusnya pemerintah siap menerima hak kritik dari para rakyatnya dengan segala kebijakan yang dibangun. Apabila tidak, tentu banyak terselip berbagai rahasia dan teka-teki, seperti kejadian di era 1998 yang masih menjadi sebuah tanda tanya besar. Hanya di negara diktatorial, satu orang bisa memerintah begitu lama. Seluruh Indonesia dianggap milik keluarga dan kroninya. Tapi kita harus tau satu hal yaitu kita harus mengguncang masyarakat yang pasif, malas, dan putus asa. Agar mereka mau ikut memperbaiki negeri yang sungguh korup dan berantakan ini, yang sangat tidak menghargai kemanusiaan. Novel ini direkomendasikan untuk Remaja, karena mengangkat tema-tema yang relevan dengan remaja seperti persahabatan, percintaan dan rasa kehilangan.

Setelah mereferensi novel ini, pembaca mungkin tertarik untuk membaca buku tersebut dan mengeksplorasi lebih dalam mengenai cerita yang disajikan. Buku ini dapat memicu semangat aktivis terutama mahasiswa pada orde baru 1998 dan melawan pemerintah karena sudah kejam terhadap rakyatnya.

 

Peresensi : Revalina Nicky Ramadhani

Editor : Rifqi


Kamis, 15 Mei 2025

Bangku Mahal

Sumber : Pixabay.com 

Aku berjalan menyusuri sungai

Menanti aliran air menghanyutkan kegelisahanku

Aku menatap langit dan bertanya,

Di mana letak kebahagiaanku?


Harapan yang ku rancang

Dicabik oleh pahitnya kenyataan

Aku ingin berdusta kepada ibuku,

Diriku sangat menginginkannya


Bagaimana tidak?

Bangku-bangku mahal itu menggodaku

Bahwa aku harus mendudukinya


Persoalan selanjutnya bukanlah tentang recehan,

Tapi tekad

Aku hanya tidak ingin menjalani hidup,

Dalam kebodohan yang selalu ku tanam


Penulis : Dwi Endang Setyorini

Sabtu, 10 Mei 2025

Peringatan Maulid Nabi Menghidupkan Teladan Rasulullah dalam Bermasyarakat



Sumber: Pixabay.com


       Maulid Nabi istilah yang tak asing lagi dikalangan muslim di berbagai penjuru dunia. Istilah ini merujuk pada peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awwal dalam kalender Hijriah tahun yang juga dikenal sebagai Tahun Gajah. Maulid Nabi menjadi momen penting untuk mengekspresikan rasa cinta dan penghormatan kepada Rasulullah SAW.Secara historis, tradisi peringatan Maulid Nabi pertama kali diperkenalkan oleh Dinasti Fatimiyah di Mesir. Seiring perkembangan Islam, tradisi ini menyebar ke berbagai wilayah Muslim, termasuk Indonesia, dan berkembang menjadi budaya yang kaya makna, baik secara religius maupun sosialDi Indonesia, Maulid Nabi menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Peringatannya dilakukan secara meriah dan penuh kekhusyukan melalui pembacaan shalawat, syair Berzanji, ceramah keagamaan, hingga kegiatan sosial. Uniknya, setiap daerah di Indonesia memiliki cara tersendiri dalam merayakan Maulid Nabi, mencerminkan keberagaman budaya lokal dalam bingkai nilai-nilai Islam. Daerah yang masih menghidupkan tradisi lokal yakni Yogyakarta dan surakarta dengan tradisi Grebeg Maulud, Kalimantan Selatan dengan Tradisi Baayun Maulid, Gorontalo  dengan tradisi walimah dan juga Banyuwangi dengan tradisi Endong-Endong dan lain-lain. 

        Seiring berkembangnya zaman, bentuk peringatan Maulid Nabi turut beradaptasi. Dakwah kini tak hanya dilakukan melalui pengajian langsung, tetapi juga lewat platform digital seperti media sosial, video dakwah, dan siaran daring. Meski demikian, tradisi peringatan Maulid yang bersifat lisan dan turun-temurun, seperti tahlil, rebana, dan pembacaan syair pujian terhadap Nabi SAW, tetap lestari. Dalam setiap peringatan Maulid Nabi, ceramah oleh para kyai dan tokoh agama menjadi sarana penting untuk menyampaikan pesan-pesan moral. Nilai-nilai seperti keadilan, integritas, kemanusiaan, dan tanggung jawab disampaikan sebagai cerminan akhlak Rasulullah SAW yang relevan diterapkan dalam konteks sosial dan kebangsaan masa kini.

    Rasulullah SAW adalah teladan sempurna dalam kehidupan sosial. Di tengah masyarakat yang beragam, beliau menunjukkan sikap toleransi, kepedulian, dan keadilan. Piagam Madinah menjadi bukti kemampuan beliau dalam membangun tatanan masyarakat yang harmonis, berlandaskan penghargaan terhadap hak asasi setiap individu. Sebagai pemimpin, Rasulullah menunjukkan kebijaksanaan dalam menyelesaikan konflik. Beliau menjadi pendengar yang adil dan pemimpin yang bijak. Dalam peristiwa penaklukan Kota Makkah, beliau memberi maaf kepada orang-orang yang dahulu memusuhinya, mengajarkan bahwa perdamaian lebih utama daripada balas dendam.

    Peringatan Maulid Nabi juga menjadi sarana penguatan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat berkumpul di masjid untuk mengikuti pengajian dan belajar tentang akhlak mulia seperti kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang. Nilai-nilai ini kemudian diwujudkan melalui kegiatan sosial seperti gotong royong, membersihkan lingkungan, membantu yang sakit, dan aksi kemanusiaan lainnya. Bagi masyarakat, tindakan ini bukan sekadar rutinitas, tetapi cerminan dari kepedulian yang diajarkan Rasulullah SAW. Maulid Nabi bukan hanya ritual tahunan, tetapi momen penting untuk menginternalisasi keteladanan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Ia menjadi pengingat untuk memperbaiki diri, menjadikan Nabi sebagai sumber inspirasi dalam menghadapi tantangan zaman, dan menumbuhkan cinta yang berbuah pada akhlak yang mulia.


REFERENSI 

  1. Setyaningsih, Sri Isnaini dan Ahmad Muthohar. 2023. Tradisi Bodo Mulud Perayaan Unik Bagi Masyarakat Muslim Demak. Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo.Vol. 5.
  2. Setyaningsih, Sri Isnaini dan Luluk Asekhatul H. 2022. Lebaran Maulid Tinjauan Bentuk dan Nuansa Pelaksanaan Tradisi Masyarakat Demak.Semarang: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Walisongo. 
  3. Nordiana, Lia. (2023). Tradisi Maulid Nabi Muhammad dalam Sastra Banjar. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat



Penulis : Wida Wulan Sari

Editor : Okti 

Jumat, 09 Mei 2025

*Formakip Walisongo Adakan Pembukaan Harlah dan Seminar Beasiswa S2*

 


Vinna Pandu Winata dan Efri Arsyad Rizal sedang berbincang bersama dalam acara Opening dan Seminar Beasiswa S2 di Auditorium II Kampus 3 UIN Walisongo, Rabu (7/5/2025). (Dok. Khusus)


Semarang– Formakip Walisongo merayakan Hari Lahir ke-11 melalui seminar beasiswa S2 bertajuk "11 Tahun FORMAKIP Walisongo: Membangun Kolaborasi, Menguatkan Kapasitas, dan Mewujudkan Generasi Berdaya Saing Menuju Masa Depan Gemilang" di Auditorium 2 Kampus 3 UIN Walisongo Semarang. Acara yang dihadiri langsung oleh 155 peserta dilaksanakan pada Rabu (7/5/2025).


Wakil Rektor III UIN Walisongo, A. Hasan Asy'ari Ulama’i, membuka rangkaian acara Harlah Formakip dan mengapresiasi peran Formakip dalam mengembangkan komunitas akademik. Beliau menekankan perlunya inovasi kegiatan yang menunjang anggota.


“Organisasi perlu menghadirkan inovasi seperti seminar bersertifikasi di bidang beasiswa dan karir, bukan sekadar pelatihan,” ujarnya.


Seminar tersebut menghadirkan penerima beasiswa LPDP, Vinna Pandu Winata (sedang menempuh pendidikan magister UIN Walisongo) dan Efri Arsyad Rizal (lulusan S2 Universitas Birmingham, Inggris).


Vinna Pandu Winata menyampaikan bahwa niat yang kuat, konsistensi, dan kelengkapan dokumen merupakan kunci keberhasilan meraih beasiswa LPDP.


"Kunci utamanya adalah niat yang kuat, konsistensi, dan kesiapan dokumen," tegasnya.


Ia juga menjelaskan bahwa penerima LPDP mendapatkan pembiayaan penuh selama studi S2, meliputi tunjangan transportasi, buku, dan lainnya.


Sementara itu, Efri Arsyad Rizal menekankan bahwa lulusan UIN memiliki potensi untuk bersaing dengan lulusan kampus-kampus unggulan lainnya.


"Kita tetap kompetitif dengan perguruan tinggi non-keislaman, misalnya dengan menonjolkan kemampuan berdakwah, berpidato, atau keahlian lain yang bernuansa Islami. Bahkan dengan sesama kampus di Indonesia pun, kita bisa lebih unggul," tuturnya.


Efri menambahkan pentingnya memperluas peluang dan pengalaman.


"Yang terpenting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri untuk meraih peluang dan memperkaya pengalaman," pungkasnya.


Reporter: Dwi Endang Setyorini

Senin, 05 Mei 2025

*Perjalanan Hidup*



Sumber : Pixabay.com

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Lewat tulisan ini, aku akan menceritakan sebuah perjuangan seseorang melawan pahitnya kenyataan. 
     Namaku, Rumaisha Afda Alfahra. Terlahir tanpa Ayah dan Bunda. tidak membuatku patah semangat dalam menggapai cita-cita dan menghadapi kehidupan yang keras seorang diri. Aku tahu memang sangat kecil kemungkinan, tapi bukankah Allah akan memberikan suatu jalan kemudahan?
     Hari-hari, aku baktikan dengan berjualan koran di pinggir jalan. Tidak bisa bersekolah, bermain, jalan-jalan, tidur pulas, makan enak, dan yang paling miris lagi, tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua. Aah … rasanya tak kuat.
     Aku tidur bermodalkan kardus, baju pun tidak bagus, makan sehari sekali, itu pun kalau uang hasil jualan laris manis. Tau sendiri ‘kan, sekarang zaman sudah serba canggih. Mau baca, nulis, jualan, semuanya sudah bisa diakses di internet, asal ada gawai saja, sih. 
     Terkadang, iri dan sedih melihat anak-anak yang berleha-leha menjemput mimpinya, padahal tugasnya cuma satu, belajar. Minta ini itu tinggal bilang, orang tua langsung kasih. Lantas kurangnya dimana? Sampai belajar malas-malasan begitu. Astaghfirullah.
     Dulu, ketika masih bersama Nenek, lebih tepatnya Nenek angkat. Beliau menemuiku tergeletak di jalanan, umurnya kira-kira sekitar satu tahun, katanya. Entahlah, aku tak ingat masa-masa itu. Mungkin karena masih kecil kali, ya?
     Nenek adalah penguatku kala ingin menyerah. Aku  mengingat obrolan kita saat duduk di teras Masjid. “Sha, cita-cita kamu mau jadi apa?” tanya Nenek sembari mengelus rambutku.
“Aku mau bahagiain, Nenek.” jawabku saat itu.
“Aamiin. sepertinya, Nenek tidak bisa menyaksikan kesuksesanmu, Sha,” aku hanya membalas dengan senyuman.
“Tapi Nenek percaya, bahwa kamu bisa menjadi orang hebat. Yakinlah, setiap  kesulitan itu pasti  ada kemudahan.” Nenek mendekap erat diriku. Hangat, pelukan yang sebelumnya tak pernah aku rasakan. 
     Ternyata percakapan itu, percakapan terakhir. Setelah melaksanakan sholat ashar. Nenek menghembuskan nafas terakhirnya. Aku menjerit histeris ketika mengetahui Nenek telah tiada. Hingga berbulan-bulan, aku seperti tidak tahu arah, persis orang yang tidak mempunyai akal.  
     Semenjak kejadian meninggalnya Nenek, hidupku hancur. Satu-satunya orang yang baik, peduli, selalu ada, selalu menjaga diriku telah pergi. Impian untuk membahagiakannya hangus bersama dengan kepergiannya.
     Hari ini, tepat satu tahun aku kehilangan, Nenek. Seseorang yang sangat berarti bagiku. Wanita tua pemilik alis tebal, dengan kemurahan hati menjaga anak yang tak jelas asal-usulnya. Terima kasih telah membersamaiku, di sini aku akan terus merindukanmu.
***
    Sudah hampir dua puluh tahun aku menjelajahi dunia, khususnya di desa Cienteung. Langkah demi langkah kulalui bersama bayang-bayang masa lalu. Entah berapa kali, kaki ini menyentuh panas aspal jalanan, tapi tetap saja aku harus bertahan. 
    Memang benar, terkadang pertanyaan yang sulit tak kunjung mendapatkan jawaban. Oh, Tuhanku bumi-Mu terlalu luas untuk aku tempati seorang diri tanpa siapa pun di sini. Ke manakah kau akan menuntun diri ini?
    Dulu, aku tidak percaya adanya Tuhan. Namun, almarhumah Nenek beralis tebal mengenalkanku dengan Tuhannya. Kata beliau, Dia adalah Tuhan Maha Esa, yang senantiasa mengabulkan do’a para umat di bumi. Dia memiliki sembilan puluh Sembilan nama baik. Hati ini terasa tenang mendengarnya.
 
    Sambil membawa koran, aku duduk di tepi jalan raya,  menunggu lampu merah tiba. Pikiran ingin terus berputar ke masa beberapa tahun silam, tapi aku urungkan. Karena, melihat anak kecil menangis, dia berjongkok dengan tangan memeluk kedua kaki.
“Dek, kamu kenapa?” Suara tangisnya semakin kencang. Aku jadi khawatir.
Aku ikut berjongkok dan mengelus pucuk kepalanya, “sayang, anak manis. Jangan nangis, ada Kakak di sini.” 
“ Kakak, aku takut sendiri,” katanya berbalik menghadapku. Aku bingung, mengapa anak secantik dan semanis ini dibiarkan sendirian di jalanan. Rasanya, ingin kujambak rambut seseorang yang berani meninggalkannya.
“Tenang, sayang. Sekarang, kamu sudah bersama, Kakak,” ucapku sembari tersenyum padanya. Tidak lama kemudian, dia berhenti menangis. 
“Kakak tahu di mana rumahku?” Aku menggeleng, “tadi, aku habis dari Mall. Terus, pas jalan pulang Mama suruh aku turun dari mobil, padahal ‘kan mainan itu nggak jadi aku ambil,” lanjut anak kecil tersebut.
“Terus, Mama tinggalin kamu di sini?” tanyaku dengan nada lebih tinggi.
“Iya. Kata Mama, aku anak bandel, enggak nurut, bodo, manja, cengeng, pinter ngadu dan … aku hafal segitu, Kak.” Aku meremas koran. Tega sekali Mamanya menelantarkan. Apa dia tidak mengkhawatirkan anak ini? Bagaimana jika diculik?

    Semakin berganti tahun, zaman semakin kacau saja. Seorang Ibu yang seharusnya menjaga, merawat, mendampingi, membimbing dan  mengayomi malah terang-terangan meninggalkan anaknya. Merinding rasanya..  Aku menegaskan pada diriku sendiri tidak akan menjadi seperti Ibu anak ini.
“Kamu yang kuat sayang,” sanggahku sambil kembali memeluknya, “eh, tapi dia Mama Kandungmu, ‘kan?
 Siapa tahu Mamanya palsu. Dia masih tertunduk, dan belum menjawabnya. Hmm … aku jadi curiga. Eh, tunggu, dia menangis lagi. 
“Adek …,” ujarku mengangkat dagunya. 
“Hu – hu – hu. Kenapa Kakak tanya aku?” Aduh, kok, makin deras air matanya. Lagian, pake keceplosan segala ini mulut. Dasar ember.
“Kakak minta maaf, ya?!” Aku menghapus air matanya, lantas  membiarkan dia tenang. 
“Aku terima maaf, Kakak, tapi ada syaratnya,” balasnya.
“Apa?”
“Aku ikut ke manapun, Kakak pergi,” pintanya padaku.
“Kamu siap luntang-lantung, enggak makan, jualan koran, tidur dari alas kardus, baju jarang ganti dan masih banyak lagi?” tanyaku sambil menatap matanya.
“Siap!” 
    Lucu sekali anak kecil, umur lima tahunan ini. Masa mau aku ajak sengsara semangat, sih. Terlalu naïf rasanya membawa dia dalam kehidupanku. Dia tidak tahu saja, bagaimana berada di posisi paling bawah. Semoga kamu dipertemukan kembali dengan keluargamu.
“Eh, iya. Nama Adek siapa?” 
“Namaku, Arsy. Kalau Kakak?” Aku mengucap syukur pada Tuhan yang Nenek kenalkan. Satu sisi senang, satu lagi sedih. Senang, karena ada teman, dan sedih kala memikirkan nasibnya nanti. Lupakan, yang paling penting dia bahagia.
“Rumaisha.”  Kita pun tertawa bersama. Mulai detik ini, aku akan terus menjaga dan memperlakukan dirinya seperti Nenek padaku.
    Setelah itu, aku dan Arsy pergi mencari tempat untuk tidur malam hari. Kita berkeliling dari satu kampung ke kampung lain, tapi tak ada orang yang mau menampung atau memperbolehkan tidur di luar teras rumah. 
    Hari sudah semakin sore, matahari mulai tenggelam. Tidak adakah orang yang mau menampung kita, semalam saja. Kasihan Arsy, dia kelihatan kelelahan sekali. Akhirnya aku ambil keputusan untuk tidur di pos ronda dekat pertigaan. Tak masalah, meski kena marah.
“Arsy, malam ini kita tidur di sini, ya,” kataku sembari berdiri menyeimbanginya.
“Nanti, kalau diusir kayak tadi, gimana?” Terlihat mata Arsy sudah mulai sayu.
“Tidak masalah, sayang.” Bagiku lebih baik nanti diusir daripada melihat Arsy kelelahan.
    Pagi hari, aku terbangun dan mendapati tidak ada Arsy, di sisiku. Ke mana dia? Aku terus memanggil namanya, sampai pada yang terakhir kali, aku menyadari satu hal. Ini bukan  di pos ronda, tapi aku berada tepat di pinggir jalan.

    Sebenarnya apa yang telah terjadi padaku? Tiba-tiba saja, aku merasakan nyeri di kepala. Ternyata, saat aku berjualan, salah satu mobil menghampiri dan menabrak dari arah kanan. Itu artinya pertemuan dengan Arsy pun hanya sekedar mimpi? Ah … lagi dan lagi realita mempermaikanku. Mungkin, meratapi takdir akan menjadi hobbyku setelah ini. Setelah dirajam pahit manisnya pengharapan. 
Tidak ada kehidupan yang sempurna. Karena, sedih dan bahagia akan selalu hadir menyapanya. Maka, jadikanlah sabar dan syukur menjadi penyempurna segala rasa.



 
Penulis : Ummu Hafadzoh Az-Zahra
Editor : Ahmad A'inur Rifqi

Jumat, 02 Mei 2025

CAHAYA DI BAWAH KUBAH HIJAU



Sumber: Pixabay.com



Wahai engkau yang bertempat di bawah kubah hijau,

Sungguh, kerinduan ini tak bisa ku bendung lagi.

Setiap detak jantungku bergetar ingin menjumpaimu,

Di malam sunyi, ku panjatkan doa kepada Ilahi.


Ingin sekali engkau datang ke mimpiku,

Bersemi harapan dengan syafaat-Nya.

Andaikan engkau berada di sisiku,

Akan kutumpahkan air mata bahagia yang tak terduga.


Engkaulah cahaya dalam gelapnya malam,

Membawa petunjuk bagi umat yang tersesat.

Dengan akhlak mulia, kau ajarkan kasih sayang,

Menuntun langkah kami menuju jalan yang selamat.


Dalam setiap lafaz shalawat terucap,

Kau hadir dalam hati, selalu kami ingat.

Wahai Nabi tercinta, pelita jiwa kami,

Semoga syafaatmu menuntun hingga akhir hayat.


Penulis : Hani Soraya Efendi

Editor : Dwi Endang 


Senin, 28 April 2025

*Rajendra Walad Jihad Bahas Pentingnya Pengembangan Diri dan Karier*


Rajendra Walad Jihad sedang memaparkan materi dalam acara MAKAPURI KIP-K 2024 di Lembah Nirwana, Nambangan, Gondang, Limbangan, Kabupaten Kendal, Sabtu - Minggu (26-27/4/2025). (Dok. Khusus).



formakipwalisongo.org - Forum Mahasiswa KIP-K (FORMAKIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang mengadakan Malam Keakraban Penuh Cerita dan Silaturahmi (MAKAPURI) KIP-K 2024 bertajuk "Melangkah Bersama, Ciptakan Cerita, Wujudkan Asa Bersama Nawasharma KIP-K 2024" di Lembah Nirwana, Nambangan, Gondang, Limbangan, Kabupaten Kendal, Sabtu - Minggu (26-27/4/2025).


Turut menghadirkan Demisioner Pengurus Pusat Bidikmisi Community (BMC) Walisongo Periode 2021, Rajendra Walad Jihad menjelaskan tentang pengembangan diri dan karier.


"Pengembangan diri adalah proses pembentukan potensi, bakat, sikap, perilaku, dan kepribadian seseorang melalui pembelajaran serta pengalaman yang dilakukannya. Sedangkan karier adalah proses perjalanan hidup seseorang," jelasnya.


Ia juga mengatakan bahwa antara pengembangan diri dan karier saling berkesinambungan. 


"Karier adalah proses perjalanan hidup seseorang. Sementara pekerjaan adalah profesi yang dikerjakan sepanjang waktu. Jadi antara pengembangan diri dan karier merupakan dua hal yang berkaitan," ucapnya. 


Lebih lanjut, Rajendra menekankan pentingnya pengembangan diri. 


"Pengembangan diri menjadi penting karena dapat meningkatkan kepercayaan diri, mampu mengontrol emosi, melahirkan peluang baru, dan meningkatkan kualitas hidup," pungkasnya.


*Reporter: Dwi Endang Setyorini*

*Editor: Ayu Reza Wulandari*

Minggu, 27 April 2025

*FORMAKIP UIN Walisongo Gelar Kegiatan MAKAPURI KIP-K 2024, Bentuk Silaturahmi Sesama Anggota*


Potret bersama pemateri, pengurus pusat, dan peserta dalam acara MAKAPURI KIP-K 2024 oleh FORMAKIP Walisongo di Lembah Nirwana, Nambangan, Gondang, Limbangan, Kabupaten Kendal, Sabtu - Minggu (26-27/4/2025). (Dok. Khusus).


formakipwalisongo.org - Forum Mahasiswa KIP-K (FORMAKIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menggelar kegiatan Malam Keakraban Penuh Cerita dan Silaturahmi (MAKAPURI) KIP-K 2024 yang berlangsung di Lembah Nirwana, Nambangan, Gondang, Limbangan, Kabupaten Kendal, Sabtu - Minggu (26-27/4/2025).

Mengusung tema "Melangkah Bersama, Ciptakan Cerita, Wujudkan Asa Bersama Nawasharma KIP-K 2024", Ketua Umum FORMAKIP Walisongo, Imam Syafi'i mengatakan bahwa peserta MAKAPURI kali ini menjadi peserta terbanyak dari tahun-tahun sebelumnya. 

"Alhamdulillah, suatu pencapaian yang luar biasa peserta MAKAPURI tahun ini mencapai kisaran 170 orang," katanya.

Imam juga menambahkan melalui acara MAKAPURI dapat menjadi motivasi bagi anggota KIP-K 2024 untuk mempererat silaturahmi.

"Harapan dengan adanya kegiatan ini tidak hanya sebagai malam keakraban saja, tetapi bisa menjadi ajang untuk saling mengenal antar anggota," tambahnya.

Salah satu anggota KIP-K 2024, mahasiswa Program Studi (Prodi) Perbankan Syariah, Sintya Ayu Ramadhani merasa senang dapat mengikuti MAKAPURI.

"Senang bisa mengikuti kegiatan ini karena dapat mengenal anggota-anggota KIP-K Angkatan 2024 yang belum saya kenal," ujarnya.

Terakhir, Sintya berharap peserta MAKAPURI di tahun yang akan datang bisa lebih banyak.

"Saya berharap untuk MAKAPURI tahun depan peserta nya melebihi dari tahun ini," tutupnya.


*Reporter: Siti Nurjannah*

*Editor: Ayu Reza Wulandari*

Senin, 21 April 2025

Sosok Muliaku

 


Sumber : Pixabay.com


Dalam gelombang badai

Aku tak tahu kemana harus berlari

Menyusuri jalan,

dengan pandangan penuh kebingungan

Aku tak tahu…

Ke mana harus bersandar

Dari guncangan angin yang tak kunjung pudar

Tapi, kini telah ku temukan

Sosok mulia yang ku rindukan

Yang penuh kasih….

Yang penuh cinta…

Yang tak pernah mengharap balas jasa


Suatu saat aku bertanya

Apa yang kau inginkan?

Apa yang kamu angankan, jika aku besar nanti?

Ia menjawab

Aku tak butuh seonggok emas

Tak butuh segunung lembaran uang

Tak butuh pakaian mewah

Tak butuh pula rumah yang megah

Tapi, yang ku butuhkan adalah, kasih dan cinta sejati,

 yang tulus

 yang abadi

 yang setia menemani sampai aku mati

Dari anak-anakku

Sosok muliaku, Dialah ibu


Penulis : Tiara Maharani

Editor : Dwi Endang  



Selasa, 15 April 2025

RUANG NESTAPA


Sumber : Pixabay. com


Dalam keheningan malam yang kelam

Bertemankan cahaya temaram

Di sudut sunyi, berbisik sepi

Dinding-dinding berlumur rasa

Bulan enggan bersinar 

Cahaya bintang-bintang tak lagi menyapa ramah

Ruang ini, ruang kenangan 

Menyimpan derai air mata luka

Detik jam terdengar begitu mencekam

Menampung lara dan harapan yang sirna

Di sini, jiwa-jiwa terkurung hampir mati

Mencari arti dibalik nestapa 

Namun, ada secercah cahaya 

Setitik tinta yang berkemas harapan tersisa

Di ruang nestapa ini

Kita belajar memeluk dan mencintai luka


Penulis : Dea Vebiola 

Editor : Dwi Endang

Selasa, 01 April 2025

#KaburAja Dulu: Ketika Hal Buruk Terjadi dan Harapan Mulai Pudar


Sumber : Pixabay.com

Fenomena "Kabur Aja Dulu" belakangan ini ramai diperbincangkan di media sosial, khususnya di X (Twitter). Seruan #KaburAjaDulu menjadi simbol kekecewaan, kemarahan, dan protes masyarakat terhadap kondisi dalam negeri yang dianggap semakin tidak menentu. Tren ini mencerminkan keinginan sebagian masyarakat, khususnya generasi milenial dan Gen Z, untuk meninggalkan Indonesia demi mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri, baik melalui studi maupun pekerjaan.

Fenomena ini muncul sebagai respons terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada rakyat. Kekecewaan terhadap kinerja pemerintah, tindakan aparat, serta penyimpangan kekuasaan semakin memperkuat dorongan untuk mencari peluang di luar negeri. Isu-isu seperti ketidakpastian karier, sulitnya mendapatkan pekerjaan, serta transparansi penggunaan pajak yang dipertanyakan turut memperkuat rasa frustrasi masyarakat. Mereka merasa bahwa keadaan di dalam negeri semakin sulit akibat korupsi, pungli, serta dominasi kepentingan kelompok tertentu dalam pemerintahan.

Tagar ini digunakan untuk menyoroti berbagai permasalahan dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto-Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, seperti Sejumlah tuntutan dalam aksi ini ialah efisiensi Kabinet Merah Putih secara struktural dan teknis; mendesak Prabowo keluarkan Perpuu Perampasan Aset; tolak revisi UU TNI, Polri, Kejaksaan; evaluasi total pelaksanaan Makan Bergizi Gratis; pendidikan gratis; tolak revisi UU Minerba; hapus dwifungsi militer di sektor; reformasi Polri; tolak revisi peraturan tata tertib DPR; hingga realisasi anggaran tukin dosen.

Namun, viralnya #KaburAjaDulu menimbulkan reaksi beragam di masyarakat. Sebagian mendukungnya sebagai bentuk ekspresi ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi, politik, dan sosial yang memburuk. Bagi mereka, tren ini bukan sekadar lelucon, melainkan refleksi atas permasalahan mendasar yang perlu segera diatasi. Namun, ada juga yang mengkritik tren ini dengan menyebut bahwa memilih "kabur" menunjukkan kurangnya jiwa nasionalisme.

Penting untuk dicatat bahwa memilih untuk tinggal atau bekerja di luar negeri tidak serta-merta mencerminkan kurangnya nasionalisme. Seseorang tetap bisa berkontribusi pada negara asalnya meskipun berada di luar negeri, misalnya melalui remitansi, promosi budaya, transfer ilmu, dan membangun jaringan internasional. Keputusan untuk bermigrasi sering kali didorong oleh kebutuhan ekonomi, pendidikan, atau pengembangan karier yang lebih baik. Di era globalisasi, nasionalisme bukan hanya soal lokasi fisik, tetapi juga komitmen emosional dan intelektual terhadap negara. Justru, banyak warga negara Indonesia di luar negeri yang tetap berperan dalam memperkenalkan Indonesia di mata dunia serta memberikan sumbangsih ekonomi melalui devisa negara.

Nasionalisme di era globalisasi dapat didefinisikan sebagai cinta tanah air yang tetap relevan meskipun terjadi interaksi antarnegara. Dalam konteks ini, nasionalisme tidak hanya berarti kesetiaan kepada negara, tetapi juga mencakup pemahaman akan nilai-nilai dan kepentingan nasional dalam tatanan global. Tinggal di dalam negeri bukanlah satu-satunya ukuran nasionalisme. Berkontribusi dalam bentuk investasi, advokasi sosial, atau bahkan mempromosikan budaya di luar negeri juga merupakan bentuk kecintaan terhadap tanah air.

Viralnya #KaburAjaDulu memang dapat dikaitkan dengan meningkatnya kekecewaan generasi muda terhadap situasi dalam negeri. Namun, ini tidak selalu berarti menurunnya rasa nasionalisme. Generasi muda saat ini mungkin mengekspresikan nasionalisme dengan cara yang berbeda, lebih berorientasi pada kontribusi global dan kolaborasi internasional. Jadi, fenomena ini seharusnya menjadi refleksi bagi pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk menciptakan kondisi yang lebih baik agar generasi muda tidak lagi merasa perlu "kabur" untuk mencari kehidupan yang lebih layak di luar negeri.

Referensi: 

https://www.kompas.com/tren/read/2025/02/18/083000865/awal-mula-tren-tagar-kabur-aja-dulu-ramai-digunakan-mengapa-?page=all 

https://www.liputan6.com/health/read/5922002/seruan-kabur-aja-dulu-viral-bentuk-protes-anak-muda-yang-merasa-tak-punya-kuasa



Penulis: Lekha Sonia, Anisa Nurul Asanah

Editor: Prima Nurindah Sari

Kita yang Tertinggal di Baris Ketiga

Sumber : Pixabay. com  Tak ada yang kebetulan bahkan daun jatuh pun sudah ditakdirkan. Seperti pertemuan dan perpisahan. Pernah sedeka...